Ketika Cucu-Cucu Pramoedya Ananta Toer Membuat Band Tetralogiska
Upaya untuk Jaga Eksistensi Karya Opa
Kamis, 14 Juni 2012 – 00:14 WIB
Ada enam lagu dalam album perdana Tetralogiska. Yakni, Sang Pramoedya, Ciptakan Sejarah, Tidak Turun dari Langit, Bumi Manusia, Ibunda, dan Anak Tumpah Darah. "Pram sudah menjadi arwah band ini. Seperti air di tubuh manusia, kalau nggak ada air, kita nggak bisa jalan," tambah perempuan kelahiran Bogor, 17 Januari 1985, itu.
Meski demikian, masih banyak yang memandang sebelah mata terhadap Tetralogiska. Mereka dianggap mendompleng ketenaran Pramoedya Ananta Toer. Tapi, mereka cuek saja. Toh, ada juga yang angkat topi terhadap cucu-cucu sang maestro sastra itu. Mereka juga suka buku Pram "dimusikkan".
"Lewat generasi kedua ini, kami ingin menyampaikan pesan sastra Opa melalui lisan," terang Adit yang merupakan cucu Pram dari pasangan Judistira Ananta Toer-Euis Trina Dewi.
Karena itu, mereka tidak terlalu memedulikan masalah honor setiap tampil. Inggit menyebut misi mereka saat ini adalah apresiasi. "Jadi, kami membuang jauh-jauh soal bayaran."
Cara yang dipakai Aditya Prasstira untuk mengenang kehebatan sang kakek, sastrawan kenamaan Pramoedya Ananta Toer, sungguh unik. Dia membentuk band
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor