Ketika Ketua DPRD Tewas di Medan

Ketika Ketua DPRD Tewas di Medan
Ketika Ketua DPRD Tewas di Medan
Ahli-ahli yang cerdas mengatakan bahwa pentas politik adalah sebuah pertempuran tanpa pertumpahan darah. Perang justru adalah panggung politik yang penuh dengan pertumpahan darah. Bahkan perang di era modern semestinya tak lagi seperti yang di Gaza yang dilukiskan oleh lagu Michael Heart dengan sangat pilu itu.

Perang di era modern mestinya adu diplomasi di meja perundingan yang mengerahkan akal dan siasat. Itulah yang membedakan siapa yang beradab dan sebaliknya.

Saban orang mempunyai mulut agar suaranya didengar orang lain. Tapi orang juga mempunyai telinga untuk mendengar suara orang lain. Demokrasi yang absolut bersikap take all, meraih segalanya, sudah ketinggalan zaman. Tidak masanya bersikap black or white atau all or nothing.

Dunia majemuk. Beda bangsa, agama dan ideology. Ada yang beragama, bertuhan dan ada yang atheis. “Tapi orang harus dapat hidup, membiarkan orang lain hidup, jika pun tidak saling membantu untuk bisa hidup,” kata Sidney Hook, seorang filsuf Amerika kelahiran New York 1902 yang datang ke Jakarta pada 1971 dan   berdiskusi dengan sejumlah intelektual Indonesia.

DEMOKRASI bisa cedera di sebuah masyarakat yang tak menghormati hak hidup pepohonan. Mahluk Tuhan yang tumbuh di perkampungan itu telah menjadi elemen

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News