Ketika Semenanjung Korea Memanas Lagi

Buntut Tragedi Torpedo, Korsel Putuskan Hubungan Dagang

Ketika Semenanjung Korea Memanas Lagi
PANAS - Aksi protes kerap digelar oleh warga Korsel terhadap tindakan dan kebijakan Korut, seperti yang sempat dilakukan kalangan konservatif tahun lalu dengan membakar bendera dan poster pemimpin Korut. Foto: Chung Sung-Jun/Getty Images Asia-Pacific.
Selain itu, Seoul disebutkan akan terus mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB untuk menjatuhkan sanksi terhadap Korut, terkait dengan aksi provokatif mereka yang berujung pada tenggelamnya kapal perang seberat 1.200 ton tersebut. Seoul berharap, DK PBB bisa memberikan hukuman yang membuat Korut jera. Langkah Korsel itu mendapatkan dukungan penuh dari Jepang dan AS.

Namun terhadap perkembangan ini, sejumlah pihak tampak kurang setuju. Pakar politik Yang Moo-Jin misalnya, mereaksi negatif langkah Korsel tersebut. "Lee telah menabuh genderang perang dingin. Ketegangan akan semakin memuncak," ujar cendikia dari University of North Korean Studies yang terletak di Seoul itu.

Sementara di kesempatan terpisah, Menteri Pertahanan (Menhan) Korsel, Kim Tae-Young, mengumumkan bahwa Seoul akan kembali mengaktifkan siaran perbatasan yang sudah berhenti beroperasi selama enam tahun. Selain itu, bersama militer AS, Korsel akan kembali menggelar latihan di pesisir barat negerinya. "Angkatan Laut (AL) Korsel dan AS segera melakukan latihan anti-kapal selam di pesisir barat," ujar Kim.

Pengumuman Kim tersebut segera pula dibalas ancaman oleh Korut. Kemarin, Pyongyang menyatakan bakal menembaki seluruh pengeras suara di sepanjang perbatasan yang menyiarkan provokasi. "Ini pelanggaran terhadap kesepakatan militer inter-Korea. Sungguh provokasi militer yang berlebihan, dan hanya akan menggiring hubungan dua Korea ke tahap paling buruk," terang pihak Korut dalam pernyataan resmi militernya, seperti dilaporkan Reuters pula. (hep/c3/dos/ito/jpnn)

PADA tahun 1950-1953 lalu, kawasan Semenanjung Korea - yang sebelumnya sempat dikuasai Jepang - pernah menjadi pusat salah satu 'perang saudara'


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News