Ketika Semenanjung Korea Memanas Lagi

Buntut Tragedi Torpedo, Korsel Putuskan Hubungan Dagang

Ketika Semenanjung Korea Memanas Lagi
PANAS - Aksi protes kerap digelar oleh warga Korsel terhadap tindakan dan kebijakan Korut, seperti yang sempat dilakukan kalangan konservatif tahun lalu dengan membakar bendera dan poster pemimpin Korut. Foto: Chung Sung-Jun/Getty Images Asia-Pacific.
Mulai kemarin, Korsel melarang seluruh kapal dagang Korut berlabuh di perairan wilayahnya. "Percuma melanjutkan kerjasama dan transaksi dagang dalam situasi seperti ini," tandas Lee, seperti dikutip Agence France-Presse. Sampai Korut bersedia mengakui kesalahannya dalam tragedi di Laut Kuning yang merenggut nyawa 46 pelaut Korsel itu, Seoul menyebut akan terus membekukan segala bentuk kerjasama dagang.

Namun demikian, kerjasama dua negara di kawasan industri Kaesong yang terletak di sebelah utara perbatasan Korsel-Korut masih tetap berlanjut. Bantuan kemanusiaan untuk anak-anak Korut pun tetap berjalan normal. Demikian juga bentuk bantuan kemanusiaan lainnya untuk warga Korut yang lain. Lee mengaku tidak ingin menghukum warga sipil, terkait dengan aksi militer Korut yang dia sebut brutal tersebut.

:TERKAIT Kemarin, lewat siaran televisi nasional Korsel, Lee menegaskan bahwa kesabaran Seoul sudah habis. Sebab menurutnya, Korut sudah terlalu sering melanggar kesepakatan damai kedua negara. "Kini segala sesuatunya akan berbeda. Korut harus membayar harga yang sebanding dengan aksi provokatifnya," tandas pemimpin berusia 68 tahun tersebut dengan suara bergetar, seperti dilansir Associated Press.

Dalam kesempatan itu, Lee juga menuntut Korut untuk meminta maaf atas tragedi 26 Maret 2010 tersebut. Jika permintaan itu diabaikan, Seoul katanya, tidak akan segan membalas aksi negeri tetangganya tersebut dengan tindakan militer. "Mulai saat ini, Korea (Selatan) tidak akan mentoleransi aksi provokatif Utara. Jika wilayah laut, udara dan daratan kami diganggu, kami akan langsung membela diri," tegasnya.

PADA tahun 1950-1953 lalu, kawasan Semenanjung Korea - yang sebelumnya sempat dikuasai Jepang - pernah menjadi pusat salah satu 'perang saudara'

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News