Ketua Komnas HAM: Berbisnis Harus Perhatikan HAM

Dia mengatakan jika lalai dalam berbisnis maka akan menimbulkan risiko, misalnya masyarakat yang tidak dapat menfaat atau malah merugikan, akan menimbulkan konflik sosial dan akibatnya operasi bisnis tidak berjalan lancar.
Kesempatan bisnis yang diharapkan tidak dapat diwujudkan.
“Jika ada kasus hukum dari praktik bisnis, itu akan menambah biaya perusahaan, karena harus ada upaya hukum, biaya pengacara, biaya konpensasi jika terbukti merugikan pihak lain,” katanya.
Menurut Atnike, pengusaha mengkhawatirkan reputasi buruk dari perusahaan dan produk yang dihasilkan. Hal ini merusak branding, perusahaan dan sektor usaha.
“Ini kerugian bagi peluang bisnis. Dalam jangka ang panjang, hilangnya kesemoatanbisnis yang lebih besar seperti investor,” ujar Atnike.
Dia mengatakan jika sektor bisnis menghormati HAM, maka sektor bisnis akan mendapat peluang yang lebih, misalnya investor akan lebih tertarik memberikan atau menambah investasi, mitra bisnis bertambah besar, produktivitas makin tinggi.
Dalam skala global, sektor bisnis dapat memberikan dampak positif terhadap pembangunan berkelanjutan dan bisnis akan terus berkembang.
Dia mengatakan dalam tradisi HAM yang klasik, HAM memang tidak melekat pada bisnis tetapi negara atau pemerintah.
Banyak aspek HAM yang lain pada dasarnya juga serius, tetapi belum banyak dibicarakan dalam kaitan HAM, misalnya terkait bisnis.
- Malik Nuh Jaidi: Harmoni Keluarga yang Menguatkan Langkah Bisnis
- Investasi di Bidang SDM Bikin Bank Mandiri Raih Predikat Champion of the Year dan 12 Penghargaan Bergengsi
- Dedi Mulyadi Kirim Siswa Bermasalah ke Barak TNI, Komnas HAM: Maksudnya Apa?
- Perkuat Bisnis Digital, Telkom Catat Pendapatan Konsolidasi Rp 36,6 Triliun di Awal 2025
- Awal 2025 Bank Mandiri Tumbuh Sehat dan Berkelanjutan
- Tumbuh Berkelanjutan, Bank Raya Kembali Bukukan Kinerja Keuangan Positif