Ketua MPR Ingatkan Potensi Ancaman Bangsa

Ketua MPR Ingatkan Potensi Ancaman Bangsa
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo dalam kuliah umum di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Yogyakarta, Selasa (15/12). Foto: Humas MPR.

jpnn.com, YOGYAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengingatkan setidaknya ada tiga tantangan Indonesia sebagai 'center of gravity' komunitas global. Pertama, memiliki sekitar 270 juta penduduk dengan 733 bahasa, terdiri dari 1.340 suku, dan enam agama serta beragam aliran kepercayaan, sehingga sangat rentan untuk diadu domba.

Kedua, kondisi geografis sebagai negara kepulauan yang terletak di antara dua benua dan dua samudera. Dengan perairan yang menjadi pusat jalur perdagangan laut dunia, menjadikan Indonesia tidak mungkin menutup diri terhadap lalu lintas peradaban global.

Kondisi ini membawa dua konsekuensi, bila mampu mengelola dengan baik, membuat bangsa Indonesia makin matang dalam membangun peradaban. Sebaliknya, bila tidak bisa mengelola maka taruhannya adalah tergerusnya jati diri dan identitas kebangsaan.

Ketiga, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau yang terbentang pada cakupan wilayah seluas hampir 5,2 juta kilometer persegi, menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya potensi sumber daya.

"Misalnya sumber daya laut, merujuk data Badan Pangan Dunia/FAO, potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan 12,54 juta ton per tahun," ujar Bamsoet  dalam kuliah umum di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Yogyakarta, Selasa (15/12/20).

Turut hadir antara lain anggota MPR RI/Komisi X DPR RI Robert J Kardinal, anggota MPR/Komisi VII DPR RI Gandung Paradiman, pendiri UPN Yogyakarta Prof. Bambang Soeroto, Rektor UPN Veteran Yogyakarta Dr. Irhas Effendi dan Ketua Senat sekaligus Dekan Fakultas Teknologi Mineral Prof. Dr. Sutarto.

Ketua ke-20 DPR RI ini menekankan ketiga faktor tersebut harus membuat Indonesia lebih memperhatikan implementasi bela negara agar tidak tergilas kompetisi global. Ditambah berbaurnya ancaman militer dan nonmiliter yang telah mendorong terciptanya dilema geopolitik dan geostrategis yang sulit diprediksi.

Apalagi konsepsi keamanan nasional telah mengalami pergeseran paradigma. Ancaman tak lagi bersifat kasat mata, melainkan kompleks, multidimensional, serta berdimensi ideologis.

Ancaman yang bersifat ideologis hadir dalam beragam fenomena. Antara lain berkembangnya sikap intoleransi, tumbuhnya radikalisme dan terorisme, hingga munculnya sikap disintegrasi dan separatisme.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News