Kiai Ahong dari Makam Wali Ningxia

Oleh Dahlan Iskan

Kiai Ahong dari Makam Wali Ningxia
Kiai Ahong dari Makam Wali Ningxia

Itukah masjid utama di kompleks makam waliullah ini?

Ternyata bukan. Menara-menara itu dan kubah besar itu ternyata hanya pintu gerbangnya. Di balik bangunan gerbang tersebut, masih banyak bangunan lain. Masing-masing memiliki gerbang sendiri. Juga menara sendiri.

Yang paling belakang barulah bangunan seperti masjid. Saya menapaki tangga-tangganya. Ternyata itu juga bukan masjid. Itulah makamnya.

Tiga orang terlihat sedang berdoa di dekat makam itu. Satu orang lagi, tua, berada di lantai atas. Lagi menyimak kitab.

Saya tidak mau menegur mereka. Agar tidak mengganggu. Saya langsung menyiapkan diri untuk sembahyang sunah. Menghadap searah dengan mihrab, tempat imam, yang lagi kosong.

Begitu melakukan gerakan takbiratul ihram (gerakan pertama salat dengan mengangkat kedua tangan sampai setinggi telinga), orang yang menyimak kitab tadi berteriak-teriak ke arah saya. Marah-marah.

Saya membatalkan sembahyang saya. Saya datangi dia.

”Saya tidak mengerti mengapa Anda marahi saya,” kata saya. Dalam bahasa Mandarin.

SEBELUM kembali lagi ke Amerika, Dahlan Iskan beberapa hari di daerah muslim Tiongkok, di perbatasan Korea Utara dan di perbatasan Rusia. Ini kisahnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News