Kilang Apung Blok Cepu Tak Efisien

Biaya Tinggi, Potensi Rugi Rp 2,76 T

Kilang Apung Blok Cepu Tak Efisien
Kilang Apung Blok Cepu Tak Efisien
JAKARTA – Rencana pembangunan kilang apung di laut (floating storage offshore) untuk menampung minyak mentah dari Blok Cepu dinilai sebagai pemborosan. Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket BBM menilai biaya proyek kilang apung yang diteken PT Pertamina EP Cepu dan ExxonMobil itu terlalu tinggi serta berpotensi merugikan negara.

’’Kami minta BP Migas merevisi proyek kilang apung itu,’’ tegas Wakil Ketua Pansus Angket Azhar Romli di gedung DPR, Jakarta, Senin (22/9). Menurut dia, pembangunan kilang apung membutuhkan biaya lebih mahal, yakni USD 500 juta. Padahal, pembuatan fasilitas serupa di darat hanya USD 200 juta. Jadi, ada selisih USD 300 juta (sekitar Rp 2,76 triliun).

Menurut dia, proyek kilang apung di laut memiliki risiko lebih tinggi. Misalnya, jalur distribusi laut sangat terbuka. Itu membutuhkan mekanisme pengontrolan mutakhir (real time). ’’Padahal, sistem tersebut belum dimiliki BP Migas. Hal itu menyebabkan pembangunan tangki apung tidak efisien,’’ ujarnya.

Selain itu, lanjut Azhar, kilang apung di laut membutuhkan investasi infrastruktur yang lebih besar daripada di darat. Penyebabnya seperti jarak yang jauh antara pusat produksi, pelabuhan, dan tangki apung menyebabkan biaya pemasangan pipa penyalur sangat mahal. Semestinya pembangunan tangki penampung memperhatikan aspek keamanan, investasi, serta biaya operasional yang lebih murah.

JAKARTA – Rencana pembangunan kilang apung di laut (floating storage offshore) untuk menampung minyak mentah dari Blok Cepu dinilai sebagai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News