Kisah 10 Guru asal Indonesia Berlatih jadi Astronot

Kisah 10 Guru asal Indonesia Berlatih jadi Astronot
Sepuluh guru peserta pelatihan astronot dan Anton Susanto, manager corporate communications Honeywell Indonesia (tengah), di Pusat Angkasa Luar dan Ruang Angkasa AS USSRC di Alabama. Foto: Susilo/Jawa Pos

Alat tersebut berfungsi untuk menguji ketahanan astronot dari guncangan hebat begitu kapsul berhasil mendarat di bulan. Kondisi itu memaksa seorang astronot berputar-putar di dalam kapsul.

Menjelang akhir pelatihan, diajarkan cara membuat program peluncuran sebuah roket dengan baterai sebagai sumber energinya. Para peserta pelatihan dipandu untuk memprogram Raspberry Pi atau yang umum dikenal dengan komputer Raspi. Yakni, komputer papan tunggal seukuran kartu kredit untuk menjalankan program perkantoran, permainan komputer, dan lain-lain.

Jika sukses, roket mereka yang terbuat dari benda semacam paralon dengan ujung meruncing bakal melesat ke angkasa setelah tombol peluncuran ditekan. Dalam sekali peluncuran ada 13 roket yang dihadapkan ke angkasa. Itu mewakili 13 tim yang hari tersebut mengikuti pelatihan pemprograman roket. (*/c5/agm)


Sebanyak 10 Guru peserta Space Camp di Pusat Angkasa Luar AS, mereka dilatih tidak untuk menjadi astronot.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News