Kisah Gatot Brajamusti dan Penyelundup Sabu yang Kini Mualaf

Kisah Gatot Brajamusti dan Penyelundup Sabu yang Kini Mualaf
Sejumlah narapidana mengikuti kegiatan tadarus Alquran di aula Lapas Mataram, Sabtu (27/5). Tampak Gatot Brajamusti (kanan). Foto: DIDIT/LOMBOK POST/JPNN.com

“Allahu Akbar, Allahu Akbar,” suara Iqamah dikumandangkan muazzin. Salat Isya dimulai. Lapas Mataram mendatangkan pemuka agama dari berbagai pondok pesantren untuk menjadi imam dan penceramah sepanjang Ramadan.

Selepas Salat Isya, ada ceramah penentram kalbu. Yang kemudian dilanjutkan dengan Salat Tarawih berjamaah.

Selepas Tarawih, penghuni Lapas Mataram bersalam-salaman. Sebagian dari mereka ada yang kembali ke kamar. Sebagian lainnya, tetap berada di aula. Melanjutkan ibadah Ramadan dengan mengaji. Tadarus Alquran.

Ada sedikitnya 20 warga binaan yang mengikuti tadarus malam itu. Warga binaan ini memang telah berbuat jahat hingga membawa konsekuensi masuk bui.

Namun ayat suci Alquran yang dilantunkan mereka sungguh sangat merdu. Jika tidak di dalam Lapas, kita tak akan menyangka jika suara ayat Alquran itu berasal dari para warga binaan.

Salah satu warga binaan yang mengikuti tadarus Alquran adalah Gatot Brajamusti. Pria yang divonis 8 tahun penjara ini terlihat khusyuk membaca setiap ayat suci Alquran.

Tak jauh dari Gatot, terlihat narapidana lainnya, Koo Jia Jiat asal Malaysia yang ikut mendengarkan lantunan ayat Alquran.

Kumandang azan isya bergema di setiap sudut Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Mataram, NTB. Suara ini memanggil seluruh warga binaan, para tahanan dan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News