Kisah Mantan Dosen yang Hidup Bersama Suku Anak Dalam di Hutan Belantara

Kisah Mantan Dosen yang Hidup Bersama Suku Anak Dalam di Hutan Belantara
ANTROPOLOG SEJATI: Jusiah Ari Abdi (tengah) bersama warga suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi, beberapa saat lalu. FOTO: MUAWWIN/JAMBI INDEPENDENT/JPG

Semuanya demi bisa mempelajari dari dekat suku Anak Dalam. Kebetulan, sejak di bangku kuliah, dia memiliki ketertarikan mendalam terhadap seluk beluk etnis di Indonesia. 

Satu dekade hidup nomad di dalam hutan, pria 38 tahun itu pun menjadi sangat paham teknik bertahan di hutan. Selain tentu dia juga sangat memahami budaya dan adat istiadat suku Anak Dalam alias Orang Rimba. 

Tapi, semua itu diraih dengan tidak mudah. Menurut Abdi, sempat terjadi penolakan ketika dirinya kali pertama masuk ke kelompok Orang Rimba di Kawasan Sungai Terab, TNBD (Taman Nasional Bukit Dua Belas). 

Bahkan, tidak sedikit di antara mereka yang lari begitu berpa- pasan dengan Abdi. Apalagi, ketika itu dia belum menguasai bahasa mereka. Tapi, Abdi tak patah arang. Segala macam cara dia coba. 

Akhirnya dia bertemu Mangku Humbalai, salah satu Orang Rimba dari Kelompok Sungai Terab. Lewat Mangku Humbalai, dia belajar bahasa Orang Rimba. 

”Setiap ada satu kata saya tulis dan terjemahkan,” ceritanya. 

Mereka selalu berpindah-pindah tempat tiap bulan. Akibatnya, Abdi tidak punya banyak waktu untuk berinteraksi dan terpaksa harus turut mengikuti ke mana mereka pergi. 

Abdi butuh enam bulan agar Orang Rimba mau menerima dan memercayai sepenuhnya. Berdasar interaksi dari dekat itu, Abdi mengaku belajar banyak dari kebudayaan Orang Rimba. Misalnya, cara mereka mendidik anak. ”Orang Rimba tidak pernah memukul anak. Meski marah, itu hanya di ucapan. Tidak sampai main tangan,” ujarnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News