Kisah Mengharukan, Pak Tua Terpaksa Mendatangi Setiap Rumah

Kisah Mengharukan, Pak Tua Terpaksa Mendatangi Setiap Rumah
Amaq Jamirah, salah satu keluarga di Kota Mataram, Provinsi NTB. FOTO: Lombok Post/JPNN.com

Seharian ia hanya bisa duduk termangu di atas tikar pandang. Sesekali ia keluar masuk kandang ayam, jarak beberapa meter masuk ke dalam gubuk reot yang jadi tempat tinggalnya bersama istri dan tiga orang anaknya.

Meski reot, tapi gubuk itu juga bukan miliknya, ia bangun di atas lahan orang lain di RT 01 Lingkungan Irigasi, Kelurahan Taman Sari.

Amaq Jamirah yang sudah berusia 60 tahun semakin sadar, di bumi ini ia hanya numpang tinggal. Sepetak tanah pun tidak dimilikinya.

”Pindah-pindah dulu di sana, ke situ ke sini,” katanya sambil melihat gubuk berdinding papan triplek itu.

Di usia yang tidak muda lagi, ia dituntut tetap bekerja dan memiliki penghasilan cukup. Sayang, tidak banyak yang bisa dikerjakannya dengan beban tiga orang anak. Pendidikan tidak punya, keahlian pun terbatas.

Satu-satunya pekerjaan yang bisa dilakukan adalah memulung. Mengumpulkan barang-barang bekas di antara tumpukan sampah.

Hasil memulung tidak seberapa, seminggu ia hanya bisa mendapatkan Rp 30 ribu. Setiap 1 kg plastik dihargai Rp 1.500, dengan penghasilan ini Amaq Jamirah semakin sulit memenuhi tuntutan hidup yang semakin mahal.

”Untuk makan dan belanja anak-anak, ibu mereka (istri) yang beri,” katanya.

Kemiskinan belum enyah dari wajah Kota Mataram. Kota sedang yang sedang mekar-mekanya. Investasi tumbuh pesat. Mal-mal dan pusat perbelanjaan menjamur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News