Kisah Mengharukan, Pak Tua Terpaksa Mendatangi Setiap Rumah

Kisah Mengharukan, Pak Tua Terpaksa Mendatangi Setiap Rumah
Amaq Jamirah, salah satu keluarga di Kota Mataram, Provinsi NTB. FOTO: Lombok Post/JPNN.com

Beruntung Muniri, sang istri membantu bekerja sebagai buruh tani. Sepanjang hari bekerja di sawah orang dengan upah Rp 50 ribu — Rp 100 ribu tiap kali kerja.

Memasuki tahun ajaran baru, beban Amaq Jamirah semakin bertambah. Belum juga bisa ia lunasi hutang Rp 400 ribu untuk menyekolahkan dua anaknya yang masih SD, kini ia harus membayar Rp 1,9 juta untuk M Masrah, anak sulungnya akan masuk SMP.

Jalan pintas pun ditempuh, selama puasa ia berkeliling dari rumah ke rumah untuk meminta uang hol. Uang yang biasa dibagi-bagikan jelang lebaran.

Memanfaatkan kemurahan hati umat Islam selama Ramadan, Amaq Jamirah rela menanggung malu harus mendatangi setiap pintu rumah.

Bahkan salah seorang anaknya juga ikut bersamanya mencari hol selama Ramadan. Semua itu dilakukan demi biaya sekolah anak-anaknya.

”Saya hanya ingin lihat anak saya maju jadi pegawai, jangan seperti saya sudah tua begini kerja kasar terus,” harapnya.

Amaq Jamirah sebenarnya sudah memiliki cucu dari anak di istri pertamanya di Kekalik Jaya. Tapi semua anaknya sudah besar dan memiliki keluarga sendiri-sendiri.

Kehidupan keluarga anak-anaknya juga tidak jauh beda. ”Di sana (kekalik) saya juga numpang,” ujarnya.(JPG/lombok post/fri/jpnn)


Kemiskinan belum enyah dari wajah Kota Mataram. Kota sedang yang sedang mekar-mekanya. Investasi tumbuh pesat. Mal-mal dan pusat perbelanjaan menjamur.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News