Kisah Mengharukan, Pak Tua Terpaksa Mendatangi Setiap Rumah

Beruntung Muniri, sang istri membantu bekerja sebagai buruh tani. Sepanjang hari bekerja di sawah orang dengan upah Rp 50 ribu — Rp 100 ribu tiap kali kerja.
Memasuki tahun ajaran baru, beban Amaq Jamirah semakin bertambah. Belum juga bisa ia lunasi hutang Rp 400 ribu untuk menyekolahkan dua anaknya yang masih SD, kini ia harus membayar Rp 1,9 juta untuk M Masrah, anak sulungnya akan masuk SMP.
Jalan pintas pun ditempuh, selama puasa ia berkeliling dari rumah ke rumah untuk meminta uang hol. Uang yang biasa dibagi-bagikan jelang lebaran.
Memanfaatkan kemurahan hati umat Islam selama Ramadan, Amaq Jamirah rela menanggung malu harus mendatangi setiap pintu rumah.
Bahkan salah seorang anaknya juga ikut bersamanya mencari hol selama Ramadan. Semua itu dilakukan demi biaya sekolah anak-anaknya.
”Saya hanya ingin lihat anak saya maju jadi pegawai, jangan seperti saya sudah tua begini kerja kasar terus,” harapnya.
Amaq Jamirah sebenarnya sudah memiliki cucu dari anak di istri pertamanya di Kekalik Jaya. Tapi semua anaknya sudah besar dan memiliki keluarga sendiri-sendiri.
Kehidupan keluarga anak-anaknya juga tidak jauh beda. ”Di sana (kekalik) saya juga numpang,” ujarnya.(JPG/lombok post/fri/jpnn)
Kemiskinan belum enyah dari wajah Kota Mataram. Kota sedang yang sedang mekar-mekanya. Investasi tumbuh pesat. Mal-mal dan pusat perbelanjaan menjamur.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Ribuan Honorer Belum Dilantik jadi PPPK 2024 Gegara Ada 17 Bermasalah
- Berikut Identitas 11 Korban Tewas Truk Tabrak Minibus di Purworejo
- Gunung Semeru Erupsi Lagi dengan Tinggi Letusan 1.000 Meter di Atas Puncak
- Jaksa Tuntut 4 Terdakwa Kurir Sabu-Sabu 40 Kg dengan Hukuman Mati
- Rudy Mas’ud Lantik 1.346 CPNS & PPPK, Ini Pesannya untuk ASN Baru
- Nelayan Terseret Arus Laut di Pesisir Barat Ditemukan Meninggal Dunia