Kisah Pak Guru Honorer Nyambi jadi Pemulung

Kisah Pak Guru Honorer Nyambi jadi Pemulung
Mursidi, guru honorer SMPN 1 Montong Gading, Lombok Timur yang merangkap sebagai seorang pemulung. Foto: Fathul/Lombok Post

Di luar bulan Ramadan, para pemilik lapak di Otok Kokok Joben banyak memesan makanan dan minuman ringan. Di luar bulan Ramadan tempat wisata pemandian itu diserbu ratusan pengunjung.

Belasan pedagang kaki lima mengandalkan hidup dari kunjungan wisatawan. Barang jualan mereka dipasok oleh Mursidi.

“Mau bayar pakai uang bisa, bayar pakai sampah juga boleh,’’ kata Mursidi.

Bisnis yang dijalankan Mursidi ini untung dua kali. Pertama, dia dapat untung dari penjualan barang ke pemilik lapak. Keuntungan kedua, sampah yang dikumpulkan akan kembali dijual.

Sementara bagi pemilik lapak, sangat terbantu dengan model bisnis yang dijalankan Mursidi. Mereka bisa berutang dan mencicil dengan sampah sisa barang jualan mereka.

Untuk jenis jualan tertentu seperti air mineral, mereka tidak perlu penuh membayar dengan uang.

Botol dan kardus air mineral itu bisa dipakai menomboki sisa pembayaran. Secara tidak langsung, bisnis Mursidi ini mengurangi sampah di kawasan wisata itu.

“Kalau dulu sampah botol plastik bercecer, sekarang pedagang sendiri yang memungut,’’ kata Mursidi.

Mursidi, 26, melakoni pekerjaan sebagai guru sekaligus staf tata usaha. Pulang sekolah berganti kostum, menjadi pemulung yang merangkap pedagang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News