Kisah Para Pemain Timnas Pelajar U-13 yang Telantar di Filipina

Kisah Para Pemain Timnas Pelajar U-13 yang Telantar di Filipina
Timnas Pelajar U-13 Juara Pinas Cup 2015 di Filipina. Foto: Sidiq Maulana Tualeka/Jawa Pos

Perempuan yang diketahui berasal dari Blitar, Jawa Timur, tersebut masih punya hubungan darah dengan Gatut. Dia memiliki dua rumah sederhana di Distrik Santa Rosa Laguna, sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Manila.

Rumah pertama adalah rumah induk satu lantai dengan dua kamar yang didiami Nita dan keluarga. Rumah satu lagi berlantai dua dengan bentuk seperti rumah toko (ruko) sempit. Tanpa kamar dan cuma memiliki satu kamar mandi serta satu dapur.

Di rumah kedua itulah Alif dkk tinggal sejak mendarat di Manila pada 28 Oktober lalu. Ya, kendati berstatus timnas, Alif dkk ternyata tak diinapkan di hotel. Itu terkait dengan insiden saat tiba di Manila sekitar pukul 05.00 waktu setempat. Rombongan tim yang ditangani pelatih Aef Barlian tersebut ditahan imigrasi Filipina.

Sebab, berdasar aturan, anak-anak di bawah umur wajib mendapat pendampingan orang tua. Untuk bisa keluar, ofisial tim akhirnya harus membayar tebusan Rp 17 juta sebagai denda. Belakangan diketahui bahwa dana untuk denda tersebut diambilkan dari biaya akomodasi untuk penginapan di hotel.

Jadilah ke-16 pemain berdesakan di rumah tanpa kamar tadi. Mereka tidur beralas matras. Saat siang, mereka juga harus berjuang melawan panasnya ruangan yang hanya difasilitasi sebuah kipas angin rusak tersebut.

Padahal, cuaca Manila sedang panas-panasnya saat itu. Katon akhirnya berinisiatif memperbaiki kipas angin yang sudah uzur tersebut. ’’Kabel dari mesin ke baling-baling ternyata ada yang lepas. Saya sambungkan kembali dan kipas angin bisa mutar lagi. Kalau tidak ada kipas angin itu, mungkin kami tiap malam harus tidur telanjang (saking panasnya),’’ tutur Katon yang dibenarkan Ikmal Syahban, Ahmad Fathoni, dan para pemain lain.

Untung, Nita ramah menyambut tamu-tamunya. Tak pernah ada masalah untuk urusan isi perut. ’’Kadang kami dimasakin rendang, kadang makan dengan lauk telor dan mi goreng. Porsinya juga bebas. Itu juga yang bikin kami nggak mau pindah ke KBRI,’’ ungkap Fathoni.

Segala keterbatasan itu tak sampai menyurutkan semangat mereka. Padahal, pada hari pertama turnamen saja, ofisial tim harus kelabakan melobi panitia buat mengundurkan pertandingan.

SKUAT Timnas U-13 tak bisa menginap di hotel karena dana akomodasi habis untuk membayar denda imigrasi. Namun, bisa tetap juara di tengah berbagai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News