Kisah Penyandang Disabilitas, Melukis Asa di Selembar Mori Putih

Kisah Penyandang Disabilitas, Melukis Asa di Selembar Mori Putih
Pramujito, penyandang tunagrahita melukis untuk batik. Foto : Fathan Sinaga/JPNN

Rino sangat menyukai seni melukis. Di tangannya, kuas seperti penari salsa profesional yang sedang lincah menari.

Di atas kain kanvas putih itu dilukisnya dua ekor ikan. Warna ekor dan badannya sama. Hanya kepala ikan yang berbeda. Yang satu kuning, satunya lagi oranye. Saat ditanya kenapa berbeda warna, Rino malah tertawa.

Keahlian Rino bukan cuma melukis di kain kanvas. Di berbagai objek juga bisa. Misalnya tas. Bahkan tas yang sudah dilukis Rino banyak dibeli. Dijual online pula. Karya tangannya dijual melalui akun YSI di Instagram, kreasi_anakhebatysi. Karya anak-anak asuh lainnya juga dipamerkan di sana.

Sang guru sekaligus pendamping anak asuh, Taufan Ariwidianto melihat banyak keunggulan di balik minat dan bakat para penyandang disabilitas.

Taufan yakin mereka bisa mandiri, asal didukung oleh lingkungan yang positif. Butuh juga kesabaran.

"Seperti mengajari melukis. Anak butuh diajari soal warna dulu, agar bisa membedakan warna. Biasanya anak-anak ini suka batik ciprat," kata Taufan.

Batik ciprat tak dituntut soal ketelitian. Anak-anak bisa menyalurkan ekspresinya dengan bebas. Pelukis tidak dibebani dengan pola-pola. Namun, hasilnya abstrak.

Kisah Penyandang Disabilitas, Melukis Asa di Selembar Mori Putih

Yayasan Sayap Ibu membantu para penyandang disabilitas untuk belajar mandiri dengan memasarkan hasil karya seni mereka di akun Instagram.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News