Kisah RPKAD Merebut RRI dari G30S PKI, Ada Brigjen Takut Masuk Studio Siaran

Kisah RPKAD Merebut RRI dari G30S PKI, Ada Brigjen Takut Masuk Studio Siaran
Ilustrasi: kaus bergambar palu arit yang diidentikkan dengan PKI. Foto: dok/JPNN.com

Saat hari mulai remang-remang, Soeharto bertanya kepada Sarwo soal waktu yang dibutuhkan untuk merebut RRI dan Kantor Besar Telekomunikasi. Sarwo mengestimasi hanya butuh 20 menit untuk merebut dua objek vital itu.

Sintong saat itu memperoleh tugas merebut RRI. Perintah untuk Sintong turun melalui Lettu Feisal Tanjung.

"Tong, kamu rebut RRI. Tutup mulut mereka yang berteriak-teriak mendukung Dewan Revolusi," kata Feisal sebagaimana dikutip Hendro Subroto untuk buku biografi Sintong.

Selanjutnya, Sintong bersama kompinya bergerak memotong Lapangan Monas. Begitu mendekati RRI, salah satu anak buah Sintong menembakkan tiga peluru dari senapan serbu AK-47.

Tembakan itu membuat orang-orang berseragam hijau yang menjaga RRI kabur. Upaya merebut RRI berjalan tanpa perlawanan.

Syahdan, Sintong dan pasukannya tetap menyisir satu demi satu ruangan di RRI.

Setelah memastikan semua ruangan dalam kendali pasukan RPKAD, Sintong melapor melalui radio kepada Feisal Tanjung yang menunggu di Markas Kostrad.

Sintong melaporkan soal RRI sudah direbut. Namun, Sarwo yang memantau operasi anak buahnya sembari memantau siaran RRI justru meragukan laporan Sintong.

Beginilah kisah RPKAD merebut RRI dari anggota G30S PKI hingga pidato Soeharto mengudara. Detik-detik menegangkan hingga memantik tawa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News