Kisah Sukses Seniman Visual Effects Indonesia Berkarya di Australia Sampai Menembus Hollywood

Visa ini sudah ada di Australia sejak tahun 2016, dan dulunya merupakan visa subclass 420 yang mengikuti aturan migrasi tahun 1994.
Untuk mendapatkan visa ini, ia harus menyertakan bukti kontrak kerja dengan perusahaan di Australia.
Kementerian Dalam Negeri Australia mencatat sudah memberikan 137 visa jenis ini di periode 2018-2019 dan 44 visa di periode 2021-2022.
"Pelamar Amerika Serikat adalah pengguna terbanyak visa ini," kata juru bicara departemen tersebut kepada ABC Indonesia.
Namun, Departemen Dalam Negeri Australia tidak melaporkan jumlah pelamar visa tersebut.
Soal gaji, Osa mengaku "cukup" mengingat biaya hidup di Australia yang juga tinggi saat ini.
Tapi satu hal yang paling ia syukuri adalah kondisi 'work-life balance' atau seimbangnya bobot kerja dan kehidupan di luar jam kerja, selain juga rekan kerja yang menurutnya suportif.
"Saya merasa masih banyak kekurangan tapi tetap dipertahankan. Teman kerja juga sabar mengajari saya," kata Osa yang bekerja di Rising Sun Pictures.
Beberapa seniman visual effects asal Indonesia berhasil menembus layar industri perfilman Australia, di saat masalah gaji dan waktu kerja masih jadi tantangan mereka yang di dalam negeri.
- Kesulitan Ekonomi, Anak Muda Australia Kembali Tinggal Bersama Keluarga Mereka
- Luhut Binsar Pandjaitan Hadiri Sidang Pencemaran Nama Baik di PN Jakarta Timur
- Buron Interpol Ini Ditangkap di Bali, Lalu Diserahkan ke Australia Sesuai Permintaan Kanada
- Semua Urusan Hukum Bodhi Risby-Jones di Aceh Selesai, Ia Ingin Kembali Karena Kebaikan Warganya
- Aksi Keji Tentara Jepang di Pulau Bangka Saat Perang Dunia II Akhirnya Terungkap
- Besarkan Anak Difabel di Australia, Orang Tua Asal Indonesia Saling Membantu Lewat Grup WhatsApp