Klaim Tak Tahu Vaksin Palsu, Tersangka Memberikan buat Anaknya

jpnn.com - JAKARTA - Bareskrim Polri menetapkan dr Indra Sugiarno sebagai tersangka kasus vaksin palsu. Dokter di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Jakarta Timur itu diduga menggunakan vaksin palsu untuk kepentingan pribadi.
Pengacara dr Indra, Fahmi M Rajab mengklaim bahwa kliennya tidak tahu menahu terkait vaksin tersebut. Menurut Fahmi, dr Indra dalam kasus vaksin palsu, justru berlaku sebagai korban karena menerima vaksin palsu dari pihak yang tak bertanggung jawab.
"Dia enggak pernah tahu vaksin itu palsu. Dia juga sebagai korban," ujar Fahmi di Mabes Polri, Jakarta, Senin (18/7).
Fahmi menuturkan, akibat peredaran vaksin palsu tersebut, dr Indra juga memberikan vaksin kepada keluarga bahkan anak-anaknya.
"Dia tidak tahu. Buktinya beliau memvaksin kepada anak, cucu, dan saudara-saudaranya juga. Dari pihak keluarga pun kalau masalah anak-anaknya ditangani oleh dr Indra," kata Fahmi.
Bahkan, kakak kandung dr Indra, Darmayanti juga mengamini perkataan Fahmi. Menurut Darmayanti, tidak mungkin penggunaan vaksin palsu akan diberikan kepada anak, cucu, dan keluarga besar dr Indra.
"Bagaimana mungkin seorang kakek akan menyuntikan racun kepada cucunya, darah dagingnya sendiri. Dia sangat sayang kepada anak-anaknya, apalagi dia sebagai dokter spesialis anak," ucap Darmayanti.
Dia juga mengklaim, vaksin yang diberikan dr Indra kepada cucu-cucunya, hingga saat ini tidak berdampak pada kesehatannya."Cucunya sudah dua, tidak ada masalah," tandas dia.
JAKARTA - Bareskrim Polri menetapkan dr Indra Sugiarno sebagai tersangka kasus vaksin palsu. Dokter di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Jakarta Timur
- Pejabat BKD Sudah Mengucapkan Selamat kepada Peserta Tes PPPK Tahap 2
- Pak Ali Datang ke Lokasi Tes PPPK Tahap 2, Silakan Disimak Kalimatnya
- 6 Fakta Terbaru Pembunuhan Jurnalis Juwita, Asmara Rumit Oknum TNI AL Itu
- Puluhan Pelajar Nakal di Purwakarta Dikirim ke Rindam III/Siliwangi Bandung
- Kasus Pelecehan Seksual oleh Dokter AY Naik Penyidikan
- Prabowo kepada Wartawan: Bagian Saya Marah-marahi Menteri, Nah Kalian Keluar