Komarudin Watubun: Tradisi Pukul Sapu Lidi Mamala Harus Go International

Komarudin Watubun: Tradisi Pukul Sapu Lidi Mamala Harus Go International
Komarudin Watubun (tengah). Foto: Istimewa for JPNN

Keesokan harinya, Imam Tuny segera melaporkan ilham itu kepada Latu Liu dan Patti Tiang Besy. Ketiga pemimpin tersebut bermufakat untuk mempraktikkannya.

Hasilnya sangat menggembirakan. Balok kayu yang patah itu kembali tersambung.

Berdasarkan hal tersebut, ketiga pemimpin mereka berpendapat bahwa minyak yang telah dibacakan ayat-ayat suci Alquran dapat berkhasiat terhadap kayu yang patah.

Hal yang sama juga akan terjadi pada manusia. Mereka pun bermusyawarah untuk mempraktikkannya ke manusia hingga akhirnya musyawarah tercapai.

Mereka menetapkan tanggal percobaan terhadap manusia dengan menggunakan lidi aren yang menurut kepercayaan masyarakat merupakan senjata yang bertuah.

Menurut Komarudin, pukul sapu lidi hanya salah satu dari sekian banyak tradisi masyarakat Indonesia saat merayakan Idulfitri.

Beberapa daerah di Indonesia juga merayakan Idulfitri dengan kebudayaannya masing-masing.

Misalnya, perang topat di Nusa Tenggara Barat (NTB), meriam karbit (Pontianak), grebeg syawal (Jogjakarta), maupun bakar gunung api (Bengkulu).  

Komarudin Watubun tak bisa menutupi kekagumannya saat menyaksikan atraksi budaya pukul sapu lidi di Negeri Mamala, Maluku Tengah, Minggu (2/7).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News