Kompor 450

Oleh: Dahlan Iskan

Kompor 450
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Kira-kira hanya 20 persen teflon yang ada di pasaran selama ini yang mengandung besi.

Siapa yang jadi sasaran penggantian kompor ini? Orang kaya? Orang miskin?

Inilah sulitnya.

Pemerintah memilih mendahulukan orang miskin. Yakni yang berlangganan listrik 450 VA. Mereka inilah penyerap subsidi terbesar. Di dua bidang sekaligus: subsidi listrik dan subsidi elpiji.

Namun, penerima subsidi itu mungkin tidak merasa kalau sedang menerima subsidi setiap hari. Bisa saja mereka menganggap harga elpiji 3 kg itu, ya, memang sebegitu.

Maka ketika akan pindah ke kompor listrik, pertanyaannya satu: apakah lebih murah dari elpiji. Bagaimana menjelaskannya?

Kalau dibanding harga elpiji nonsubsidi jauh lebih murah. Akan tetapi bukan itu intinya: bagaimana dengan biaya elpiji saat ini, sekarang ini, yang disubsidi besar-besaran itu. Tentu masih sedikit lebih mahal.

Maka DPR cenderung menolak program komporisasi listrik ini. Dianggap terlalu rumit. Sebenarnya masih lebih rumit dari itu.

Menggalakkan kompor listrik saja hebohnya bukan main. Padahal modernisasi penyaluran energi ke semua dapur rumah di Indonesia seharusnya sudah tak bisa ditunda.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News