Komunitas Tionghoa 'Gedung Gajah' Berbenah Menjelang Imlek (1)

Tetap Utuh setelah Dua Kali Kerusuhan Solo

Komunitas Tionghoa 'Gedung Gajah' Berbenah Menjelang Imlek (1)
POTRET PLURALITAS: Anak-anak berlatih berlatih olahraga beladiri taekwondo di kompleks Gedung Gajah, Jalan Juanda, Solo. Foto : Ichwan Gembeng Prihantono/Radar Solo/JPNN

Di halaman gedung, sebuah patung gajah berwarna emas berdiri di atas fondasi setinggi dua meter. Patung itu berada di sana selama 72 tahun. Yakni, sejak dihibahkan seorang penyumbang kepada Chuan Min Kung Hui, nama pertama PMS. Di sisi kanan tampak pula sebuah balai pengobatan yang biasa dimanfaatkan jasanya oleh warga sekitar. Klinik kesehatan yang kadang-kadang menggratiskan biaya kepada warga kurang mampu itu ditandai dengan papan nama sepanjang tiga meter.

Hari itu (3/1) tampak lima orang pria berkutat dengan sebuah  banner ucapan selamat tahun baru. Spanduk tersebut dibentang di lantai gedung pertemuan berkapasitas 600 orang itu. Kelimanya juga karyawan PMS sama dengan anak-anak yang berlatih taekwondo itu. Berkulit sawo matang.

Suasana ’’pembauran’’ etnis seperti itu sudah berlangsung berpuluh tahun. Padahal, secara historis, gedung itu adalah markas perkumpulan etnis Tionghoa di Solo yang didirikan sejak zaman Belanda. ’’Saya sudah bekerja di sini 26 tahun,’’ kata Suhardi, 55, salah seorang staf di PMS.

Suhardi dan 25 orang staf  PMS yang bekerja di dua aset milik organisasi PMS, yakni Gedung Gajah dan Krematorium Thiong Ting di kawasan Kentingan, Jebres, Solo, sama sekali tidak merasa terasing. ’’Saya kerja di sini nyaman. Tidak ada pembedaan walaupun saya Jawa,’’ katanya.

Perayaan Imlek tinggal dua pekan lagi. Di Solo, Jawa Tengah, Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS), organisasi komunitas Tionghoa tertua yang masih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News