Komunitas Tionghoa 'Gedung Gajah' Berbenah Menjelang Imlek (1)
Tetap Utuh setelah Dua Kali Kerusuhan Solo
Senin, 12 Januari 2009 – 00:14 WIB
POTRET PLURALITAS: Anak-anak berlatih berlatih olahraga beladiri taekwondo di kompleks Gedung Gajah, Jalan Juanda, Solo. Foto : Ichwan Gembeng Prihantono/Radar Solo/JPNN
Sejak awal berdiri, para pendiri PMS sadar bahwa mereka disokong banyak pihak dan lintas etnis. Gedung Gajah, misalnya, adalah sumbangan dari anggota Chuan Min Kung Hui. Bahkan, Thiong Ting, satu-satunya krematorium dengan misi sosial di Indonesia, adalah hibah dari Raja Surakarta Pakubuwono VII pada 1856.
Dari sebuah pralenan, PMS terus menambah aset, kegiatan, maupun sumbangsih kepada negara dan sesama. Bagi 3.000 anggota yang membayar iuran Rp 3.000–Rp 5.000 sebulan bisa mendapatkan diskon 50 persen pemakaian fasilitas di PMS. Yakni, pemakaian Thiong Ting dan sarana di Gedung Gajah serta kegiatan-kegiatannya. ’’Keturunan Tionghoa atau bukan, haknya sama,’’ kata Budhi. (el)
Perayaan Imlek tinggal dua pekan lagi. Di Solo, Jawa Tengah, Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS), organisasi komunitas Tionghoa tertua yang masih
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu