Korban Tewas Bencana Jepang Bisa jadi 10.000 Lebih

Berlakukan Pemadaman Listrik Bergilir, Krisis Terberat sejak PD II

Korban Tewas Bencana Jepang Bisa jadi 10.000 Lebih
HANCUR - Kondisi Kota Minamisanriku di Prefektur Miyagi, Sabtu (12/3), yang tampak hancur pasca dilanda tsunami. Foto: AP Photo/Kyodo News
Berdasarkan keterangan pejabat pemerintah lainnya pula, saat ini lebih dari 1.400 orang sudah dilaporkan tewas, termasuk 200 orang yang tubuhnya ditemukan di sepanjang pantai, Minggu (13/3) ini. Sementara, lebih dari 1.000 orang masih dilaporkan hilang, serta sekitar 1.700 lainnya tercatat luka-luka.

Sementara itu, masalah nuklir membawa ancaman baru, termasuk terhadap merekan yang sempat selamat dari gempa dan tsunami. "Pertama saya khawatir dengan gempanya, namun sekarang saya khawatir soal radiasi (nuklir). Saya tinggal dekat dengan pembangkit itu, makanya saya datang ke sini untuk memastikan kondisi saya tidak apa-apa. Hasil tes saya menunjukkan negatif (terkena radiasi), tapi saya tak tahu apa yang harus saya lakukan berikutnya," ucap Kenji Koshiba, seorang pekerja konstruksi, di salah satu emergency center di Koroyama.

Di sisi lain, Tokyo Electric Power menyebut bahwa mereka akan menekan pemakaian listrik dengan melakukan pemadaman bergilir di sebagian Tokyo, serta sejumlah kota lainnya di Jepang. Pemadaman bergilir terencana yang diperkirakan tiga jam masing-masingnya itu, disebutkan bakal dimulai Senin (14/3). Ini ditujukan untuk mengatasi turunnya daya listrik pasca meledaknya pembangkit tenaga nuklir, akibat gempa dan tsunami yang baru saja melanda.

Seperti diberitakan AP pula, Menteri Perdagangan Banri Kaieda menyatakan Minggu (13/3), bahwa penggunaan listrik diperkirakan akan berkurang sekitar 25 persen dari kapasitas aslinya. Para pejabat pemerintah pun memohon warga Jepang untuk memahami hal tersebut, sembari menyatakan bahwa ini merupakan krisis terberat yang harus dihadapi negeri itu sejak era Perang Dunia II. (ito/jpnn)

TAGAJO - Jumlah korban tewas akibat gempa bumi dan tsunami di Jepang, bisa jadi akan melebihi 10.000 jiwa. Hal itu setidaknya seperti disampaikan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News