Korut Kumat, Sebut AS Preman Tukang Peras
jpnn.com, PYONGYANG - Jalinan ''pertemanan'' antara Kim Jong-un dan Donald Trump mulai terlihat ringkih. Di satu sisi, Trump bersikeras bahwa pertemuan tingkat tinggi di Singapura pertengahan 2018 bakal mengubah sejarah. Namun, Korea Utara (Korut) maju mundur dalam komitmennya melakukan denuklirisasi.
Jumat pekan lalu (2/11) pemerintah Korut kembali menebar ancaman. Mereka menyatakan mempertimbangkan untuk kembali mengembangkan senjata nuklir. Pertimbangan tersebut hanya bisa dicegah saat AS mengakhiri sanksi ekonomi secepatnya.
''Kata byungjin mungkin saja akan muncul lagi,'' ujar Kementerian Luar Negeri Korut, menurut KCNA, kantor berita milik pemerintah. Byungjin adalah kebijakan pemerintah yang berfokus mengembangkan sistem pertahanan berbasis nuklir.
Pejabat Korut lagi-lagi menyebut AS sebagai preman yang terus menuntut tanpa memberi. Hal itu dirasa membuat hubungan kesepakatan tak imbang.
''Perkembangan hubungan dua negara dan sanksi tidak sesuai,'' ungkap mereka, menurut Channel News Asia.
Itu bukan kali pertama petinggi Korut mengancam AS. Sejak awal kesepakatan, mereka terus memaksa agar keran sanksi bisa dibuka sedikit untuk menunjukkan niat baik. Namun, AS tegas menolak.
AS maupun Korea Selatan (Korsel), tampaknya, sudah muak dengan retorika itu. Kemarin, Minggu (4/11) Kementerian Pertahanan Korsel memastikan bakal memulai kembali latihan perang dengan militer AS. Padahal, kerja sama simulasi perang adalah salah satu yang dihentikan Trump untuk mengambil hati Kim Jong-un.
Sebanyak 500 personel gabungan AS dan Korsel bakal berlatih bersama di Pohang hari ini (5/11). Namun, skala operasi militer tersebut tergolong kecil. Pemerintah Korsel terlihat ragu melakukan hal yang bisa menyinggung Korut. (bil/c4/dos)
Jumat pekan lalu (2/11) pemerintah Korut kembali menebar ancaman. Mereka menyatakan mempertimbangkan untuk kembali mengembangkan senjata nuklir
Redaktur & Reporter : Adil
- Resmi! Tetangga Amerika Serikat Ini Akui Kedaulatan Negara Palestina
- Sebut BI Fast Punya Kelemahan, Deni Daruri Sarankan Belajar dari AS
- China Menilai Amerika Serikat Munafik, Sorot Bantuan untuk Ukraina
- DBL Camp 2024 Hadir di Jakarta, Ratusan Pelajar Berebut 12 Tiket ke Amerika Serikat
- Belanja Militer Dunia Nyaris Tembus Rp 40 Kuadriliun, 3 Negara Ini Paling Boros
- Kecewa Berat, Palestina Tinjau Ulang Hubungan dengan Amerika Serikat