Krisis Chip

Krisis Chip
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Investasi Amerika di bidang itu harus dilakukan di Amerika. Demi keamanan nasional.

Ternyata tidak mudah melaksanakan semua itu. Emosi nasionalisme saja tidak cukup. Untuk membangun pabrik chip –skala besar– diperlukan investasi sampai sekitar Rp 150 triliun.

Juga, diperlukan tenaga kerja khusus yang terlatih di bidang itu. Rekrutmen tenaga kerjanya tidak bisa mendadak.

Juga, harus diciptakan instalasi penjernihan air yang sangat khusus. Dalam kapasitas yang sangat besar. Itu sudah bukan menjernihkan air lagi. Tingkatnya sudah pemurnian air.

Semua itu hanya ada di Tiongkok. Kalau mau cepat. Pun kalau ingin dalam jumlah yang besar –yang bisa mengatasi krisis chip dunia sekarang ini.

Intel sudah mengajukan usul: untuk dibolehkan memproduksi chip di pabrik raksasanya. Namun, pabrik itu ada di Sichuan, Tiongkok bagian barat.

Berarti, sebenarnya, krisis ini bisa diatasi. Kalau Biden bersepakat dengan Jinping: perdagangan chip dinormalkan.

Dalam hal chip ini, kelihatannya Amerika dalam posisi kepepet lagi. Kalau tidak diatasi segera, dampak krisis chip itu lebih parah daripada Covid.

Xi Jinping menyebut Biden sebagai teman lama. Belum pernah terjadi: dua pemimpin dunia menggunakan waktu bersama lebih lama dari Jinping-Biden.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News