KTT G20 di Tengah Represi terhadap Warga Bali

KTT G20 di Tengah Represi terhadap Warga Bali
Para aktivis di Bali mempertanyakan dampak KTT G20 kepada masyarakat yang termarginalkan. (Reuters: Willy Kurniawan)

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Bindsar Pandjaitan memohon maaf atas aturan yang diterapkan di masa G20.

"Kami tidak bermaksud membuat teman-teman sulit, tapi kadang tidak bisa dihindari," kata Luhut dalam konferensi pers Sabtu (12/11).

"Bukan berarti tidak boleh keluar rumah, tapi kami mendorong kegiatan bisa dilakukan di rumah. Pengalaman dengan COVID-19 kemarin semua bisa dilakukan."

Ada yang diuntungkan dan dirugikan

Yoga Iswara, ketua 'Indonesian Hotel General Manager Association' (IHGMA) di Bali meyakini bahwa KTT G20 dapat memperkuat pemulihan ekonomi Bali.

"Contohnya sejak bulan Agustus hingga September 2022 telah digelar 15 kali pertemuan tingkat menteri," katanya.

"Jika dibandingkan dengan pertemuan tahunan organisasi Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) pada 2018, dampak G20 bisa dua kali lipatnya."

Menurut Yoga, pembatasan jumlah penerbangan ke Bali karena KTT G20 juga "tidak mempengaruhi secara signifikan tingkat hunian di Bali."

"Bahkan di beberapa area seperti Nusa dua, Jimbaran, dan Seminyak, tingkat hunian meningkat akibat kegiatan G20," katanya.

Perhelatan KTT G20 menuai respon beragam dari warga Bali, dari yang mendukung sampai mengkritik

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News