Kuadriliun
Dhimam Abror Djuraid
Si agen waktu itu menawarkan harga Rp 30 juta per unit teropong. Menurut Edhie, harga ini terlalu mahal, bahkan lebih mahal daripada senapannya.
Dia lalu mencari tahu harga sebenarnya. Ternyata harga satu unitnya hanya Rp 19 juta.
Adapun setelah dicek harga dari pabriknya di Amerika Serikat hanya Rp 9 juta. Dia sempat ingin membeli langsung teropong dari pabriknya, tetapi pihak pabrik menolak.
Itu adalah contoh kecil bagaimana mafia pengadaan senjata bermain di Kementerian Pertahanan. Praktik yang lebih besar dan melibatkan jaringan yang luas dan tersembunyi diperkirakan masih tetap beroperasi selama ini.
Melaporkan permainan mafia tingkat tinggi ini kepada KPK bisa menjadi solusi.
Namun, KPK dalam masa-masa puncaknya ketika itu pun tidak bisa menyentuh anggaran persenjataan. Apalagi KPK sekarang yang sudah makin kurang efektif karena berbagai penggerogotan yang menyebabkan pelemahan lembaga anti-rasuah itu.
Anggaran ‘sak ndayak’ yang diajukan Prabowo itu akan tetap menjadi misteri yang sulit dipecahkan. (*)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Seorang jenderal di lingkungan Kemenhan, sebut Connie, menjadi operator industri pertahanan bayangan itu.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Nurul Ghufron Mangkir, Dewas KPK Tunda Persidangan Etik
- Cak Imin Mengaku Sudah Menitipkan Ini kepada Prabowo
- May Day, Prabowo Mengajak Buruh Berjuang Bersama Mewujudkan Indonesia Emas
- KPK: Jika Tidak Ada Iktikad Baik, Bupati Mimika Akan Kami Jemput Paksa
- Dahulu Dipanggil Pak Menhan, Sekarang Mas Bowo, Qodari: Jokowi - Prabowo Dwitunggal
- Usut Kasus Korupsi, KPK Geledah Kantor Sekjen DPR RI