Kudatuli dan Kisah 3 Jenderal Memilih Membela Megawati

Kudatuli dan Kisah 3 Jenderal Memilih Membela Megawati
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Jenderal (Purn) Agum Gumelar. Foto: Antara

Ketiga tentara kawakan itu sudah dekat dengan Megawati sejak putri Proklamator RI tersebut belum menjadi ketua umum PDI.

Buku ’Soeyono, Bukan Puntung Rokok’ menuliskan, ”Pangdam Jaya Mayjen AM Hendropriyono, Direktur A Badan Intelijen Strategis (BAIS) Brigjen Agum Gumelar, dan mantan Pangdam Udayana Mayjen Theo Syafei merupakan jenderal yang dekat dengan kandang banteng.”

Hendropriyono pada saat Orde Baru begitu kuat justru meluluskan Megawati menjadi ketua umum PDI.

Dalam sebuah pertemuan menjelang Munas PDI 1993 di Jakarta, Hendropriyono berani memberikan jaminan bahwa Megawati akan menjadi ketua umum partai berlambang kepala banteng itu.

Pada saat Munas PDI 1993 di Kemang, Jakarta Selatan, menunjukkan proses politik yang macet, Agum turun tangan. Agum -saat itu juga menjadi Komandan Kopassus- sibuk melobi faksi-faksi yang menentang Megawati.

“Agum-lah yang mendudukkan Megawati menjadi ketua umum PDI di Munas PDI di Hotel Kemang, Jakarta, 23 Desember 1993,” tutur Mantan Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA) Syamsir Siregar dalam buku biografi Soeyono itu.

Syamsir termasuk perwira ABRI yang dicopot dari jabatannya setelah Kudatuli.

Agum juga menanggung risiko. Dia dicopot dari jabatan komandan Kopassus, lalu dibuang menjadi kepala staf di Kodam Bukit Barisan.

Kudatuli atau Kerusuhan 27 Juli 1996 diyakini sebagai cara pemerintah Orde Baru menyingkirkan Megawati yang pada saat itu meraih simpati publik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News