Kudeta

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kudeta
Italia, juara EURO 2020. Foto: Twitter@EURO2020

Bonucci lari melompat pagar pembatas penonton dan menggenggamkan dua tangannya ke arah suporter Italia di belakang bawang Inggris. Bonucci seperti gladiator berdarah dingin yang baru saja membunuh lawannya.

Selama setengah jam berikutnya Inggris kehilangan nyawa. Perpanjangan waktu 2x15 menit adalah penantian panjang menuju vonis kematian. Pemain-pemain Inggris kehilangan akal untuk menembus pertahanan lawan.

Selain duo tukang jagal itu, Italia masih punya penjaga benteng muda nan kokoh tak tertembus, Gialuigi Donnarumma. Nama depannya sama dengan legenda kiper Italia, Gianluigi Buffon.

Sungguh sebuah paradoks. Ketika Italia juara dengan menyandang status sebagai tim paling produktif, justru yang menjadi pemain terbaik sepanjang turnamen adalah sang kiper Donnarumma. Ini menjadi bukti kokohnya lini Italia dari belakang sampai depan.

Italia menjadi juara dan menjadi tim tak terkalahkan sepanjang turnamen. Total 34 kali pertandingan--selama dilatih oleh sang maestro Roberto Mancini--Italia tidak pernah kalah.

The Invincible, Yang Tak Terkalahkan, mengulang sejarah Arsenal yang menjadi juara Liga Inggris tanpa pernah kalah sekali pun pada musim kompetisi 2003-2004.

Sebagaimana Arsene Wenger yang mendapat gelar lapangan "The Professor" yang menciptakan mahakarya "Arsenal The Invincible", Roberto Mancini pun layak mendapat gelar kehormatan PhD dari komunitas sepak bola dunia.

Mancini membuktikan bahwa dia adalah masterclass tactician, juru racik taktik kelas dewa.

Tiga algojo yang dipilih Gareth Southgate adalah anak-anak kecil. Belum jangkap nyawanya ketika ditunjuk sebagai algojo.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News