Kudeta

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kudeta
Italia, juara EURO 2020. Foto: Twitter@EURO2020

Kudeta
Foto: diambil dari Football Italia

Tiga algojo yang dipilih Southgate adalah "anak-anak kecil", dalam bahasa Roy Keane, yang belum jejak kakinya di stadion. Marcus Rashford dan Jadon Sancho hanya beberapa menit di lapangan. Bukayo Saka baru masuk di akhir babak kedua. Mereka belum jangkap nyawanya ketika ditunjuk sebagai algojo.

Para pandit, seperti Roy Keane, dibayar mahal karena lidahnya yang tajam. Banyak komentarnya yang menusuk dan mematikan. Namun, kali ini Keane coba bersimpati.

Itu pun komentarnya tetap menusuk. Dia mengutuk para pemain senior, Raheem Sterling dan Jack Grealish, yang membiarkan "anak-anak kecil" itu menjadi penendang penalti, dan mereka memilih duduk-duduk menyaksikan.

Yang terjadi kemudian adalah tragedi. Rashford mengecoh Donnarumma yang bergerak ke kiri. Bola tendangan Rashford meluncur deras datar ke kanan gawang, tetapi bola melintir keluar menabrak tiang gawang. Rashford tersungkur menutupkan dua tangannya ke muka.

Jadon Sancho kehilangan kepercayaan diri. Bagaimana pun, Rashford—yang akan menjadi teman satu timnya di Manchester United—adalah panutannya. Tendangan Sancho gampang diantisipasi oleh Donnarumma.

Dua penendang Italia juga gagal. Tugas terakhir ada di kaki Bukayo Saka. Anak berusia 19 tahun ini mengemban tugas negara nan berat. Mukanya pucat, tidak tahu harus berbuat apa. Donnarumma dengan yakin menjatuhkan diri ke sisi kiri gawang untuk memblok tendangan Saka.

Donnarumma bahkan tidak melakukan selebrasi setelah menghentikan tendangan itu. Ia membuat sejarah. Ia diganjar sebagai "Man of the Tournament". Lengkaplah sudah kudeta di Wembley, "Football Coming Rome". (*)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

Tiga algojo yang dipilih Gareth Southgate adalah anak-anak kecil. Belum jangkap nyawanya ketika ditunjuk sebagai algojo.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News