Kue Haji Hatim, Harumnya sampai Jakarta

Kue Haji Hatim, Harumnya sampai Jakarta
Kue Haji Hatim, Harumnya sampai Jakarta
Diterangkannya, awal mula berdirinya usaha ini bermula dari inisiatif dirinya yang didukung suaminya. Bermodalnya 4 ribu perak di tahun itu, Maskota memulai usahanya.

“Serba satu. Dari kompor, panic, dan lain-lain cuma ada satu. Tapi ya, dengan minim alat, bagaimana caranya supaya bisa maksimal,” kata ibu sembilan anak tersebut.

Ketika itu dirinya hanya memproduksi lima jenis kue, yakni sari muka, sari penganten, laksa, putri selat, dan amparan tatak pisang. Setelah kue-kue tersebut jadi, oleh mertuanya, Haji Hatim, diedarkan ke pasaran, door to door.

Usaha kue tersebut membuat orang-orang tertarik. Makanya, tidak salah kalau pembeli menggelari usaha tersebut kue Haji Hatim, karena nama penjualnya. “Saya yang buat kuenya, mertua saya (Haji Hatim) yang menjual. Makanya orang-orang sering bilang kue Haji Hatim,” papar Maskota yang tahun ini genap berusia 61 tahun.

Lambat laun, usaha yang dilakoni Maskota berkembang. Demi memuaskan pelanggan, dirinya mulai berkreasi dengan jenis kue baru. Dari mulanya lima jenis kue hingga sekarang menjadi 15 jenis kue. Tidak hanya itu, dirinya juga membuat panganan lain seperti lumpia dan resoles. “Kalau tidak laku, coba bikin yang baru,” katanya.

HAJI Hatim mungkin nama paling dicari saat bulan puasa (Ramadan) tiba. Bukan sosok fisiknya yang diburu, melainkan kue-kue tradisional yang dijualnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News