Kue Haji Hatim, Harumnya sampai Jakarta

Kue Haji Hatim, Harumnya sampai Jakarta
Kue Haji Hatim, Harumnya sampai Jakarta

Diakui Maskota, untuk membuat kue-kue tersebut, dirinya hanya perlu melihat. Dasar memang bakat, Maskota tidak pernah kesulitan membuat menu-menu baru. Bagi Maskota, yang terpenting adalah mencoba. Kalau tidak begitu, tidak akan tahu hasilnya.

Kendati demikian, dirinya tidak memproduksi kue setiap hari. Jika ada pesanan dari orang, barulah dia membuat kue tersebut. Maskota juga menerima pesanan kue tart, untuk ulang tahun hingga pernikahan.

Namun, dirinya juga membuat kue setiap hari, tapi tidak banyak. Itu hanya dijual di pagi hari, di depan rumahnya. “Buat sarapan.  Biasanya juga ada temannya, nasi kuning sama nasi kebuli,” beber nenek 13 cucu ini.

Di hari-hari biasa, Maskota tidak menggenjot produksi kuenya. Diakuinya, pangsa pasar paling besar saat Ramadan tiba. Di luar Ramadan, dirinya hanya menjual kue-kue di pasar malam di daerah sekitarnya.

HAJI Hatim mungkin nama paling dicari saat bulan puasa (Ramadan) tiba. Bukan sosok fisiknya yang diburu, melainkan kue-kue tradisional yang dijualnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News