Kunci Pilpres di Jawa Timur, Pengamat: Dukungan NU, Jokowi, dan Sepak Bola
Sementara arek merupakan basis perkotaan yang tersebar antara Surabaya hingga Malang. Wilayah arek didominasi oleh pemilih rasional.
Menurut Shujahri, komposisi ideologi pemilih mataraman, arek, dan tapal kuda inilah yang membuat politik Jatim sulit ditebak.
Dia mencontohkan saat Pemilu 2004 yang mana PDIP kuat di basis mataraman dan arek menggandeng Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi yang secara teori dekat dengan santri, malah keok oleh Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla.
"Pun halnya Khofifah yang dua kali kalah dari Soekarwo di Pilkada Jatim. Basis dukungan Karwo saat itu adalah dari Partai Demokrat yang punya basis kekuatannya di wilayah mataraman," jelasnya.
Menurutnya, apa yang terjadi di Jatim ini memberi banyak pelajaran bahwa fragmentasi ideologi arek, mataraman, tapal kuda begitu rumit untuk ditaklukkan.
"Fakta sejarah juga menunjukkan tak pernah ada calon yang bisa merepresentasikan klaseter ideologi tertentu, terlebih klaster tapal kuda (NU)," katanya.
Sebab, kata dia, klaster ini ditentukan oleh bagaimana calon bisa mendapatkan dukungan kiai khos, pesantren besar, maupun simpati dari santri.
Di Tapal Kuda ada ratusan kiai khos dan pesantren besar. Jumlah santrinya pun bisa mencapai ratusan ribu.
Pengamat politik mengatakan Jawa Timur yang menjadi wilayah pertempuran (battle ground) menjadi penentu pemenangan pilpres di Indonesia.
- Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDIP, JK: Kan, Bukan Kader Lagi
- Jokowi Hapus Cita-cita Reformasi yang Dibangun Sejak 1998
- Tak Ada Jokowi di Rakernas PDIP, Hasto: Kami Hanya Mengundang Penegak Demokrasi Hukum
- Tak Ada yang Istimewa, PDIP Anggap Pertemuan Puan dengan Jokowi di WWF Bali dalam Konteks Ini
- Aktivis '98 Beri Rapor Merah untuk Rezim Jokowi: Demokrasi Buruk, KKN Begitu Vulgar
- World Water Forum ke-10: Indonesia Mendorong 4 Inisiatif Konkret