Labuan Bajo dan Pribumi Malas

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Labuan Bajo dan Pribumi Malas
Bendera negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) serta Timor Leste dipasang di salah satu tempat kegiatan rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN di The Golo Mori Convention Center di Golo Moli, Labuan Bajo, Senin (8/5/2023). Foto: ANTARA/Shofi Ayudiana

jpnn.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlihat gembira dan semringah dalam acara gala dinner Konferensi Tingkat Tinggi Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (KTT ASEAN) di Labuan Bajo pada Kamis lalu (11/5).

Saking gembiranya, Presiden Jokowi sampai ikut berjoget mengikuti irama lagu ’Gemu Famire’ yang sangat populer di kalangan emak-emak penggemar senam.

Presiden Jokowi juga penuh senyum ketika menjamu para pemimpin ASEAN berpiknik dengan menaiki pinisi dan menikmati keindahan pemandangan matahari tenggelam.

Labuan Bajo adalah tempat menuju habitat komodo, karnivor keturunan dinosaurus yang hidup jutaan tahun silam.

Tentu Jokowi tidak ingin membawa ASEAN mundur menjadi organisasi purbakala seperti dinosaurus. Sebaliknya, Jokowi ingin menjadikan Indonesia sebagai motor penggerak perubahan ASEAN menuju masa depan.

Sebagai pemegang kepresidenan ASEAN, Indonesia memelopori gerakan ekonomi besar dengan mendorong upaya ‘dedolarisasi’’ di kawasan Asia Tenggara. Dedolarisasi adalah gerakan ekonomi untuk mengurangi pemakaian Dolar Amerika dalam transaksi ekonomi, sekaligus mempromosikan mata uang lokal dan regional sebagai gantinya.

Gerakan ini sedang marak di berbagai penjuru dunia, dipelopori oleh negara-negara ekonomi besar di luar Amerika dan Eropa. Salah satu yang paling menonjol adalah negara-negara yang tergabung dalam BRICS, yang terdiri dari 5 negara ekonomi terbesar di dunia, yaitu Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Dedolarisasi adalah pemberontakan terhadap hegemoni Amerika yang sudah menguasai ekonomi dunia selama 75 tahun setelah Perang Dunia Kedua. Selama ini, Dolar Amerika menjadi mata uang dunia yang dipakai dalam transaski perdagangan di seluruh dunia.

Negara-negara kolonial mengeruk kekayaan alam tanpa memberikan kesempatan kepada pribumi untuk mendapatkan pengetahuan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News