LAMPUNG : Masyarakat Film Kecam Cowboys Kuta

LAMPUNG : Masyarakat Film Kecam Cowboys Kuta
LAMPUNG : Masyarakat Film Kecam Cowboys Kuta
BANDARLAMPUNG - Film merupakan salah satu alat penerangan dan pendidikan yang menggambarkan sebuah realita hidup di masyarakat. Kini, produksi film baik komersial maupun indie semakin marak dan berkembang. Seiring perkembangannya itu, banyak oknum yang memproduksi film tanpa mempertimbangkan aspek edukasi bagi masyarakat. Seperti film dokumenter berjudul Cowboys in Paradise (CIP) yang menghebohkan dan sedang hangat saat ini.

   

Film berlatar belakang pemandangan alam dan objek pariwisata di Bali itu disutradarai Amit Virmani dan muncul kali pertama di laman YouTube dan dapat diunduh para pengguna internet di seluruh dunia.

   

Menyikapi hal tersebut, Ariansyah Cahya Nugraha sebagai sekretaris jenderal Unit Kegiatan Mahasiswa Darmajaya Computer dan Film Club (Sekjen UKM DCFC) mengatakan, film dokumenter CIP itu sudah menyalahi kode etik penyutradaraan sebuah film serta tidak mengandung unsur edukasi. Menurut dia, seharusnya pembuatan film sesuai dengan koridornya.

   

’’Film CIP sudah menyalahgunakan wewenang. Si pembuat hanya bilang bahwa film itu akan menjadi koleksi pribadinya. Ternyata dipublikasikan. Biasanya dalam pembuatan sebuah film harus ada izin, baik dari pemain maupun pihak-pihak yang terkait, apalagi di ambil di area publik. Jadi, tidak asal buat. Harus sesuai kode etik juga,’’ kata Anca– sapaan akrab Ariansyah– ketika ditemui Radar Lampung di kampusnya.

   

BANDARLAMPUNG - Film merupakan salah satu alat penerangan dan pendidikan yang menggambarkan sebuah realita hidup di masyarakat. Kini, produksi film

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News