Laut Bercerita

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Laut Bercerita
Ilustrasi demo mahasiswa: Ricardo/JPNN.com

Pemerintah Soeharto adalah pemerintah otoritarian yang berkuasa selama 3 dasawarsa dengan melakukan manipulasi terhadap hak demokrasi rakyat melalui pemilu prosedural. Setiap lima tahun diadakan pemilu, sekadar memenuhi formalitas demokrasi tanpa esensi.

Soeharto melakukan ‘’manufacturing consent’’ melakukan pabrikasi kesepakatan publik dengan merekayasa pemilu.

Partai-partai politik diberangus dan dibonsai. Kekuatan-kekuatan sosial kemasyarakat dimandulkan dan dipaksa untuk menerima asas tunggal Pancasila.

Oposisi dimatikan dan dituding sebagai subversif. Demokrasi Pancasila ala Orde Baru tidak mengenal oposisi. Keputusan strategis harus diambil melalui proses musyawarah dan mufakat.

Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pengambil keputusan tertinggi hanya menjadi lembaga koor yang menyanyikan lagu-lagu setuju. Lembaga tertinggi hanya menjadi lembaga stempel yang membebek terhadap kehendak rezim.

Kekuasaan yang otoriter itu ditopang oleh mesin birokrasi, tentara, polisi, dan lembaga pengadilan secara total sehingga melahirkan rezim totaliter. Rezim menguasai seluruh kehidupan rakyat secara total dan tidak menyisakan kekuatan apa pun di luar rezim.

Akan tetapi, pada akhirnya rezim totaliter dan otoriter semacam itu jatuh oleh gerakan sekelompok anak-anak muda polos seperti Biru Laut dan kawan-kawan.

Anak-anak itu berjuang dengan berani berbekal idealism dan keyakinan bahwa kezaliman akan bisa diruntuhkan.

Kisah nyata para korban penculikan dan penghilangan paksa itu diceritakan oleh wartawan dan novelis Leila S. Chudori dalam novel Laut Bercerita.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News