LGBT

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

LGBT
Ilustrasi LGBT. Foto: dok/JPNN.com

Para selebritas transgender sekarang tampil lebih terbuka dan lebih pede, karena publik sekarang juga lebih permisif.

Para selebritas transgender itu punya puluhan ribu follower, dan menganggap mereka sebagai role model yang pantas ditiru. 

Kampanye masif LGBT masuk melalui kampanye gender yang halus tidak terasa. Manusia normal hanya mengenal dua jenis gender, yaitu pria dan wanita. Namun, sekarang orang—sadar atau tidak—harus menerima munculnya fenomena gender ketiga. 

Gender ketiga adalah gender antara pria dan wanita atau trans-gender. Seorang pria berubah identitas gender menjadi wanita dan sebaliknya. Dahulu, masyarakat awam menyebutnya sebagai banci, wadam, atau waria. 

Wadam atau “wanita Adam” pernah menjadi istilah yang populer pada 1980-an. Sekarang istilah itu sudah tidak pernah terdengar lagi. Banyak kalangan menganggap istilah itu melecehkan nama nabi. 

Kemudian pada dekade berikutnya muncul istilah “waria” atau wanita-pria. Istilah ini beredar luas di lingkungan masyarakat dan media.

Namun, istilah ini kemudian tidak pernah lagi dipakai di media karena dianggap melecehkan, dan diskriminatif. Lalu muncullah istilah transgender yang dianggap lebih akomodatif sekaligus permisif. 

Pada dekade 1980-an, wanita yang melakukan praktik prostitusi disebut sebagai pelacur atau wanita tunasusila (WTS). Namun, belakangan, seiring dengan meluasnya kampanye gerakan gender oleh aktivis feminisme, istilah itu tidak dipakai lagi karena dianggap diskriminatif. 

komunitas LGBT berkembang luas dan mempunyai tempat-tempat khusus untuk rendezvous.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News