Lockdown Berkepanjangan di Melbourne Tak Surutkan Aktivitas Warga Senior Asal Indonesia

"Kerja di luar ruangan rasanya lebih enak, pikiran saya jadi terbuka," katanya.
Pembina salah satu sanggar tari tradisional Indonesia ini tiba di Australia pertama kali pada Agustus 1987, untuk mengikuti kegiatan pameran di Gold Coast.
Setelah kegiatannya berakhir, seorang temannya mengajak dia ke Melbourne dan di kota ini dia bertemu dengan Steven Millane yang kemudian menjadi suaminya.
Aturan 'lockdown' yang masih membolehkan salah seorang anggota keluarga untuk berkunjung, dimanfaatkan oleh kedua anaknya Ningsih yang sudah berkeluarga untuk datang secara bergantian.
"Seperti kalau saya ingin ke dokter, salah satu anak saya akan menemani," katanya.
Sebagai pemilik sanggar tari, Ningsih tetap menggelar latihan tari untuk murid-muridnya setiap hari Kamis secara daring.
Dia juga ikut tari Bali dengan pelatih di Bali sekali seminggu lewat Zoom.
"Saya selalu kontak dengan keluarga dan teman-teman di Indonesia hampir setiap hari," tutur Ningsih, yang mengatakan delapan orang anggota keluarganya di Indonesia meninggal dunia akibat COVID.
Lockdown berkepanjangan tidak menyurutkan semangat warga senior asal Indonesia di Melbourne untuk tetap beraktivitas.
- Dunia Hari Ini: Setidaknya Delapan Orang Tewas Setelah Serangan India ke Pakistan
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan