Lokalisasi Ditutup, HIV/AIDS Menyebar

Lokalisasi Ditutup, HIV/AIDS Menyebar
Lokalisasi Ditutup, HIV/AIDS Menyebar

jpnn.com - SURABAYA - Suasana lengang tampak dari salah satu sudut gang yang berdekatan dengan lapangan Tambakasri. Berdasar pantauan Jawa Pos saat siang, hanya terlihat beberapa warung kopi yang menyediakan aneka minuman. Namun, jika kita jeli, juga tampak beberapa botol minuman keras yang sengaja disembunyikan.

Ya, itulah gambaran eks lokalisasi Tambakasri saat ini. Tetapi, siapa sangka di balik lengangnya suasana kampung, terselip sebuah pemandangan baru, yakni munculnya mantan PSK yang beraktivitas lagi. Setelah ditutup beberapa bulan silam, eks lokalisasi di kawasan Bangunsari dan Tambakasri justru masih menyisakan masalah.

Hal itu tampak dari beberapa PSK yang menyebar ke beberapa lokasi. Ada beberapa lokasi yang ditengarai menjadi ajang transaksi prostitusi sembunyi-sembunyi tersebut. Alhasil, dampak yang muncul adalah semakin beragamnya karakter penderita HIV/AIDS.

Ketua LKMK Dupak Arif An mengatakan, penutupan lokalisasi memang tidak sepenuhnya menyelesaikan semua persoalan. Secara lokasi, memang sudah tidak ada ruang bagi PSK untuk melakukan praktik prostitusi. Namun, yang menjadi kendala adalah kebutuhan ekonomi yang belum terjawab sehingga eks PSK kembali pada profesi sebelumnya.

"Ya kami harus akui, ada beberapa PSK yang masih beroperasi. Kami memaklumi karena mereka tidak punya pekerjaan lain," ujarnya.

Dia menjelaskan, beberapa PSK biasanya menjalankan praktik prostitusi secara sembunyi-sembunyi. Menurut Arif, lokasi yang diduga menjadi tempat untuk menjalankan bisnis esek-esek tersebut, antara lain, tempat kos dan hotel. Sedangkan untuk transaksi, dia menyebut masih dilakukan di gang kampung dan mucikari setempat.

Ya, mucikari memang menjadi mediator utama dalam menjalankan kembali bisnis mereka. Sejak lokalisasi ditutup, mucikari seolah-olah kehilangan pendapatan. Tak ayal, sejalan dengan keinginan PSK, mereka pun kembali menjalankan bisnis haram itu meski dilakukan secara terselubung.

Misalnya, yang diungkapkan Wawan (nama samaran), salah seorang mucikari. Dia mengakui sejak lokalisasi ditutup, dirinya kehilangan pendapatan. Maklum, selain mengandalkan keahliannya sebagai perantara bisnis seks, saat ini dia hanya menjadi pekerja serabutan.

SURABAYA - Suasana lengang tampak dari salah satu sudut gang yang berdekatan dengan lapangan Tambakasri. Berdasar pantauan Jawa Pos saat siang, hanya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News