Lokasi Pembunuhan Massal Penduduk Aborigin di Queensland Kembali ke Tangan Pemiliknya

Lokasi Pembunuhan Massal Penduduk Aborigin di Queensland Kembali ke Tangan Pemiliknya
Tokoh masyarakat Aborigin Sally Vea Vea menyatakan pengembalian tanah ke tangan penduduk asli tak bisa dinilai dengan uang. (ABC Capricornia: Erin Semmler)

Ia berharap serah terima tanah ini akan mendorong penyembuhan dan rekonsiliasi, terutama untuk generasi berikutnya.

"Saya percaya mereka bisa melakukannya dengan baik. Proses ini akan berlangsung selama tiga, empat generasi ke depan," ucapnya.

"Generasi mendatang saya harapkan yang terbaik untuk mereka," katanya.

Seorang remaja suku Darumbal, Anastasia, mengaku belajar tentang sejarah leluhurnya adalah pengalaman mengharukan.

"Saya sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang pembantaian itu. Sekarang saya jadi tahu," katanya.

Jael, remaja lainnya, mengaku bangga bisa mendapatkan ilmu yang diturunkan dari neneknya, Aunty Sally.

"Dia mengajari kami tentang tanah, tentang pembantaian, dan bagaimana air terjun itu sangat istimewa bagi kaum wanita," kata Jael.

Sementara Walali Hatfield (10 tahun) mengaku bangga menyaksikan penyerahan kembali tanah mereka.

Pada awal tahun 1900-an, 300 penduduk Aborigin dibantai oleh pemukim Eropa di sebuah gunung dekat Yeppoon, Queensland

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News