Lomba Kritik Sastra, Semoga Ruang Publik Indonesia Lebih Banyak Puisi Dibanding Hoaks

Lomba Kritik Sastra, Semoga Ruang Publik Indonesia Lebih Banyak Puisi Dibanding Hoaks
Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI) akan menyelenggarakan Lomba Kritik Sastra. Foto : dokumen AGBSI for JPNN

Tapi bahasa pun perlu terus dimartabatkan. Literasi perlu ditumbuhkan. Minat membaca satra perlu disuburkan.

"Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia mengambil peran menyemarakkan Bulan Bahasa itu dengan lomba kritik sastra. Adapun karya sastra yang dipilih kali ini, empat buku puisi esai karya Denny JA," tutur Dian.

Mengapa karya Denny JA yang dipilih sebagai tema kritik sastra? Dian Ratri mengatakan lima tahun belakangan ini, dunia sastra bergunjang ganjing dengan kontroversi puisi esai karya Denny JA. Terjadi pro dan kontra yang maha hebat.

Namun, buku puisi esai terus diterbitkan. Hingga hari ini sudah terbit lebih dari 80 buku puisi esai.

"Sudah lebih dari 200 penulis dari Aceh hingga Papua menulis puisi esai. Bahkan penyiar Asia Tenggara, dari Malaysia, Brunei, Thailand dan Singapura juga menerbitkan puisi esai. Ini yang membuat puisi esai menjadi topik yang hangat dan kontroversial untuk lomba kritik sastra tahun ini," tambahnya.

Pengumuman lomba kritik puisi esai di HB Jassin juga disemarakkan oleh acara Titian Muhibbah Sastra Malaysia - Indonesia. Banyak penyair Malaysia yang ikut hadir. Diselenggarakan pula diskusi sastra.

Puisi Denny JA soal Papua juga ikut dibacakan di acara itu. Puisi kembali di bawa ke tengah gelanggang merespon isu masyarakat yang sedang bergolak. (flo/jpnn)


Warga negara Indonesia belakangan ini seolah hanya disibukkan dengan isu kekuasaan dan melupakan sastra.


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News