LP3ES

Oleh Dahlan Iskan

LP3ES
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya beruntung mengalami zaman paling belakang di teknologi cetak. Kalau ke museum --di Amerika, misalnya-- saya bisa menjelaskan bagaimana cara kerja benda kuno itu.

Setahun di koran itu saya mendengar ada pengumuman: LP3ES menyelenggarakan pendidikan wartawan muda --khusus dari daerah-daerah. Tujuannya: untuk mendorong demokratisasi di daerah-daerah --lewat pers yang maju.

Peminatnya banyak sekali. Lebih 1.000 orang, tetapi hanya 10 orang yang akan diterima. Seleksi pun diadakan di seluruh Indonesia.

Salah seorang pimpinan LP3ES datang ke Samarinda. Saya masih ingat namanya: Arselan Harahap.

Kalau tidak ada 'Harahap' di belakang nama itu saya kira ia orang Jogja. Sopannya luar biasa. Halusnya sangat lembut. Mirip kehalusan pembawaan politisi Akbar Tanjung.

Saya lolos seleksi. Saya harus ke Jakarta. Selama 3 bulan. Senangnya bukan main. Bisa melihat Jakarta.

Kami --dari Medan, Padang, Palembang, Bandung, Surabaya, Bali, Makassar, Banjarmasin, Mataram dan Samarinda-- diasramakan di Wisma Seni, Taman Ismail Marzuki.

Malam hari kami dididik teori jurnalistik. Tempatnya di kantor LP3ES --saat itu di Jalan Jambu, Jakarta. Dari TIM kami berjalan kaki ke tempat pendidikan itu.

Pada 1975 saya menjadi reporter sebuah koran kecil di kota yang amat kecil: Samarinda. Korannya empat halaman, terbitnya seminggu sekali.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News