LP3ES

Oleh Dahlan Iskan

LP3ES
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Namun Senin lalu saya harus 'berkhianat'. LP3ES terlalu berarti bagi perjalanan hidup saya.

Baca Juga:

Peristiwanya terjadi tahun 1975. Saat saya masih bujangan. Umur saya baru 24 tahun.

Saya adalah reporter sebuah koran kecil di kota yang amat kecil: Samarinda. Korannya empat halaman. Terbitnya seminggu sekali. Sering juga tidak terbit.

Teknologi koran itu membuat saya bersyukur: bisa merasakan seperti hidup di tahun 1940-an. Penyusunan huruf di percetakannya per satu huruf.

Huruf itu terbuat dari timah. Huruf 'a' berkumpul menjadi satu di satu kotak. Demikian juga 'b', 'c' dan seterusnya. Lalu ada kotak-kotak lain untuk huruf besar.

Pegawai penyusun huruf itu sering tidak masuk. Itu memberi kesempatan pada saya untuk belajar menyusunnya secara benar.

Akhirnya bisa.

Saya sering tidak perlu menulis berita. Hasil wawancara langsung saya susun di tempat huruf-huruf itu. Saya juga bisa memutar mesin cetak yang masih menggunakan tangan.

Pada 1975 saya menjadi reporter sebuah koran kecil di kota yang amat kecil: Samarinda. Korannya empat halaman, terbitnya seminggu sekali.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News