Lumpur Timah

Oleh: Dahlan Iskan

Lumpur Timah
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Lalu lumpur timahnya diolah di mesin mereka. Dimurnikan. Mirip pemurnian nikel.

Kalau yang terjadi seperti itu saya angkat topi pada Reza. Dia bisa mengakhiri pencurian masal berwindu-windu di sana.

Asal demi PT Timah. Demi negara. Tidak ada kongkalingkong antara swasta dan pribadi-pribadi di manajemen PT Timah.

Jangan-jangan korupsinya di situ? Kelompok swasta tersebut mengalirkan sebagian keuntungan ke oknum PT Timah?

Jangan-jangan itu hanya perkiraan saya yang salah. Ternyata bukan itu sama sekali. Hanya jaksa yang tahu.

Maka saya harus sabar menunggu berita lanjutan: di mana letak korupsinya.

Toh, besok saya masih harus ke Songkou –satu jam ke pedalaman Meizhou. Telanjur janji ke sana.

Rencana awal saya ke Songkou dengan Mimi, cucu Tjong A Fie Medan. Itulah kampung halaman Tjong orang yang terkaya se-Asia Tenggara di masa nan lalu.

HARI-HARI ini saya menunggu datangnya penjelasan rinci soal korupsi di timah Bangka senilai Rp 270 triliun itu: di mana letak korupsinya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News