Mahasiswa Indonesia di Australia Bertahan Hidup dengan Sisa Tabungan
'Mengerti, tapi sulit diterima'
Photo: Angie mengaku mengakses 'superannuation' seperti yang ditawarkan Pemerintah Australia menjadi pilihan terakhirnya. (Koleksi pribadi)
Bantuan dari komunitas Indonesia juga turut mengurangi beban Anggraini Augusta, atau akrab disapa Angie, seorang mahasiswi di Australian Careers College, Darwin.
Ia kehilangan pekerjaan sampingannya di Casino, sejak Australia menutup tempat-tempat yang dianggap 'non-essential' atau tidak penting.
"Sekarang lagi dibantu sama teman, tinggal di tempatnya dan bayar ongkos sewa murah," kata Angie yang diwawancara lewat telepon Senin malam (06/04).
Sama seperti David, Angie juga mengaku pernyataan Perdana Menteri Australia masuk akal, karena setiap negara pasti akan lebih prioritaskan warganya terlebih dulu.
"Tapi bagi mahasiswa internasional, termasuk dari Indonesia, keputusan kalau kita harus pulang atau stay di sini juga pastinya susah sekali, apalagi kalau sudah di pertengahan kuliah."
Pemerintah Indonesia telah dinilai banyak pihak lambat dalam menangani pandemi COVID-19, menjadi pertimbangan Angie yang sedang menempuh pendidikan Diploma jurusan Early Childhood Education and Care ini.
"Kalau balik ke Indonesia risiko kita terinfeksi lebih tinggi daripada kalau kita stay di sini."
Pemerintah Australia menganjurkan mereka yang memegang 'Temporary Visa', termasuk pelajar internasional, untuk mempertimbangkan pulang ke negara asalnya, jika mereka tidak dapat mencukupi biaya hidup akibat pandemi virus corona di Australia
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka
- Jadi PTS Terbaik se-Indonesia, Atma Jaya Jakarta Raih Kategori Lulusan Mudah dapat Kerja
- Dunia Hari Ini: Empat Warga India Tewas Tertimpa Papan Reklame
- Dunia Hari Ini: Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi, 37 Orang Tewas