Mahasiswa Indonesia Menyambut Pelonggaran Pembatasan Jam Kerja di Australia Meski Masih Butuh Dukungan Lebih

Jennifer merupakan salah satu mahasiswi internasional di Australia yang kehilangan pekerjaannya karena pandemi COVID-19.
“Sebelumnya saya pernah kerja di kantor agen pendidikan dan migrasi. Kantornya kemudian tutup karena COVID-19 sehingga saya pindah kerja di restoran,” katanya.
Walau tidak menggantungkan biaya hidup sepenuhnya dari pekerjaan, Jennifer mengatakan akan menambah jam kerja di restorannya sekarang ini.
“Dengan pelonggaran ini akan membantu juga. Saya juga akan berusaha mengatur waktu sehingga tidak mengganggu jadwal kuliah saya,” kata Jennifer yang sedang studi di bidang 'cookery' atau tata boga tersebut.
Mahasiswa internasional 'pekerja lepas' mengaku masih kesulitan
Bagi mahasiswi Advanced Diploma in Hospitality di Melbourne lainnya, Elga Ayudi, keputusan Pemerintah Australia ini juga adalah hal yang baik.
Namun, Elga mengaku masih kesulitan dalam menemukan pekerjaan "di dapur yang resmi membayar pajak".
Padahal, dia harus praktik di dapur restoran sebagai bagian dari permintaan sekolah untuk dapat menyelesaikan pendidikannya.
Dengan perbatasan internasional kemungkinan baru akan dibuka di pertengahan tahun 2022, pemerintah Australia mengeluarkan pelonggaran bagi mahasiswa internasional untuk bisa bekerja selama lebih dari 40 jam seminggu
- Dunia Hari Ini: Setidaknya Delapan Orang Tewas Setelah Serangan India ke Pakistan
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025