Mahasiswi Prostitusi Online, Sepekan Rp 10 Juta, Ah Gampang

Mahasiswi Prostitusi Online, Sepekan Rp 10 Juta, Ah Gampang
PSK. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

Ia pernah memberlakukan sistem DP. Namun kini ia tak lagi sistem DP. Diminta memberikan nomor rekening pun Fitria tak mau. ”Pernah pakai sistem DP. Malah sepi,” ujarnya.

Bahkan kini ia juga memiliki “papi” sendiri. Itu mengapa Fitria tak mau lagi menge-share nomor WhatsApp-nya ke para pelanggan maupun tamu barunya. Komunikasi dengan tamu cukup dengan direct message (DM) via twitter.

Papinya pasti akan mengecek japri-japri WA tiap kali ketemu. Juga histori panggilan. Bila ada pesan mencurigakan, Ria akan kena marah. Cemburu. Fitria bersedia menjadi cewek simpanan karena disuntik jatah bulanan dengan nominal tak sedikit.

”Kamu bayangin ya beb, gajinya (si papi) saja Rp 50 juta per bulan,” jawab cewek cantik.

Maka dari itu, Fitria enjoy menjalani asmara terlarang meski papinya sudah punya anak dan istri. Sebaliknya si papi juga mendapatkan benefit sensasi dari perempuan bukan istrinya tersebut.

Cewek itu sudah hampir dua tahun menjalali profesi terlarang ini. Selain Kota Lumpia sebagai pangsa pasar utama, ia juga menyasar area Kudus dan Pati. Itu nyata dari berbagai hashtag yang diketikkan di wall-nya.

Dia terjun ke dunia prostitusi online sudah hampir dua tahun ini. Awalnya dari ajakan kakak kelasnya sewaktu kuliah. Kini kakak tingkatnya itu menjadi mami di sebuah lokasi bisnis cinta di Kota Atlas. Sedangkan Ria sudah mandiri dengan penawaran via Twitter. Motifnya klasik. Karena ekonomi.

Job yang dijalani ini memang cukup menggiurkan. Meski demikian ia hanya menumpuk penghasilannya sebagai tabungan. Ia tak ingin keluarganya curiga. Makanya, meski memiliki banyak uang ia tak ingin membeli mobil atau beli rumah.

Tidak hanya di kota-kota besar, prostitusi online juga merambah wilayah eks Karesidenan Pati, seperti Kudus, Jateng.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News