Mahmoed Marzuki, Kaki Diikat, Kepalanya di Bawah, Dicambuk

Kisah Pahlawan yang Wafat di Usia Muda

Mahmoed Marzuki, Kaki Diikat, Kepalanya di Bawah, Dicambuk
Seorang bocah membawa Bendera Merah Putih di Sungai Kalianyar, Solo, Kamis, 17 Agustus 2017. Ilustrasi Foto: Arief Budiman/Radar Solo/JPNN.com

"Jadi beliau sering berpidato di Riau umumnya, Kepri, Selat Panjang, Sumatera Barat, bahkan di Malaysia. Namanya ini terkenal di negeri seberang (Malaka)," kata dia.

Di Riau, Kampar khususnya, Mahmoed Marzuki membentuk semacam pergerakan pejuang. Anggotanya ada juga yang tergabung dalam Harimau Kampar.

Perjuangan itu, memuncak saat Nagasaki dan Hirosima Jepang, dibom atom. Tepat pada 17 Agustus, Indonesia merdeka.

Di Jakarta, kemerdekaan ini telah diumumkan. Tapi, di Kampar, informasi kemerdekaan ini belum sampai. Bendera Merah Putih belum berkibar di sini.

Di Bangkinang, kemerdekaan itu baru diketahui dua pekan setelah kemerdekaan. Informasi ini, sengaja ditutup-tutupi oleh tentara Belanda dan Jepang yang masih berkuasa di Kampar. Namun pada akhirnya, informasi ini sampai juga ke Mahmoed Marzuki.

"Waktu itu, didapatlah telegram dari pusat. Barulah masyarakat tahu Indonesia merdeka," kata dia.

Mulailah Mahmoed Marzuki menyusun rencana untuk menggelar upacara bendera pertama kali di Bangkinang. Tepatnya di Lapangan Merdeka sekarang. Rapat ini dilakukan di salah satu balai adat di Muara Jalai.

Akhirnya, sekitar awal September 1945, di Lapangan Merdeka Bangkinang, berkibar bendera Merah Putih untuk pertama kalinya.

Di Riau, Kampar khususnya, Mahmoed Marzuki membentuk semacam pergerakan pejuang. Anggotanya ada juga yang tergabung dalam Harimau Kampar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News