Mahmoed Marzuki, Kaki Diikat, Kepalanya di Bawah, Dicambuk

Kisah Pahlawan yang Wafat di Usia Muda

Mahmoed Marzuki, Kaki Diikat, Kepalanya di Bawah, Dicambuk
Seorang bocah membawa Bendera Merah Putih di Sungai Kalianyar, Solo, Kamis, 17 Agustus 2017. Ilustrasi Foto: Arief Budiman/Radar Solo/JPNN.com

"Jadi, beliau ini berangkat ke Padangpanjang dengan menggunakan sepeda onta (ontel, red)," ujar dia. Bertahun dia menuntut ilmu di sana, hingga remaja.

Dari informasi yang didapat, selama menjalani pendidikan di Padangpanjang, Mahmoed Marzuki memiliki prestasi. Dia berbakat di bidang dakwah.

Setelah tamat, dia kembali ke kampungnya, di Kampar. Di kampungnya, dia terus berdakwah. Memberikan motivasi kepada pemuda, untuk terus melawan penjajah.

Untuk berdakwah ini, barangkali Mahmoed Marzuki merasa ilmunya masih kurang. Maka, dia melanjutkan pendidikannya di India.

"Zaman itu, tempat belajar agama, kalau tidak di Arab, kalau tidak di India," kata Latif.

Dia berankat ke India. Berjalan lewat darat ke Pekanbaru. Sampai di sana, dia menyeberang ke Selat Panjang.

"Di Selat Panjang, pernah ditangkap juga oleh penjajah Belanda," katanya. Namun akhirnya dilepas juga.

Dia melanjutkan perjalanannya ke Malaysia. Di sini, dia bertemu dengan para perantau Kampar. Sempat juga di Malaysia dia berdakwah.

Di Riau, Kampar khususnya, Mahmoed Marzuki membentuk semacam pergerakan pejuang. Anggotanya ada juga yang tergabung dalam Harimau Kampar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News